TRAUMATIC
A. Latar belakang
Trauma berkaitan
erat dengan pengalaman yang dilalui seseorang yang bersifat psikis hingga
memberikan dampak yang negatif pada dirinya untuk sekarang dan masa depan. Pengalaman
kadang tidak selamanya membawa dampak positif, adakala pengalaman pahit dan
buruk juga dapat menimpa seseorang baik itu yang disengaja ataupun tidak
disengaja. Saat pengalaman itu terjadi maka kondisi mental seseorang bisa saja
tidak berada pada keadaan siap sehingga akibat buruknya dapat menimbulkan
trauma psikologis.
Trauma
psikologis yang terjadi mungkin akan terus membayang selama hidup jika individu
tersebut tidak menemukan dukungan. Dukungan yang diperlukan biasanya berasal
dari keluarga dan teman-teman terdekatnya. Dengan adanya dukungan seseorang
dapat mencoba kembali membangun kepercayaan untuk meredakan trauman psikologi
yang dialaminya.
B. Rumusan masalah
1.
Apa traumatic ?
2.
Mengapa kita harus
mempelajri traumatic ?
3.
Bagaimana kita
menanggani trauma ?
4.
Apa hikmah
mempelajari traumatic ?
C. Tujuan
1.
Untuk memenuhi
tugas perkuliahan?
2.
Untuk mengetahui
apa itu traumatic ?
3.
Untuk menegetahui
cara menangani trauma ?
4.
Untuk mengetahui
layanan Bk yang tepat untuk menangani trauma ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi traumatik
Trauma berasal dari bahasa Yunani trauma atau traumatos dalam
bahasa psikiater, kata ini berarti suatu pengalaman emosional atau peristiwa
yang mengejutkan dan peristiwa ini memiliki dampak kejiwaan yang berkelanjutan.
Jadi secara etimologi, peristiwa traumatis adalah peristiwa yang di dalamnya
melibatkan pengalaman emosional dan mengejutkan sehingga berdampak dalam jiwa
atau batin seseorang pada masa kecil, remaja, ataupun dalam kehidupan keluarga.[1]
Trauma bisa diakibatkan oleh manusia (pelecehan seksual, pembunuhan
dll) atau bencana alam, perang, kekerasan, kecelakaan dan tindakan-tindakan
medis. Atau secara singkat dikatakan trauma disebabkan oleh berbagai macam hal, namun ada aspek umum
yang menjadikan orang trauma yaitu benturan pemahaman seseorang terhadap dunia
maupun manusia sehingga dia mearasa berada dalam suatu situasi yang kacau,
tidak aman akhirnya dia menjadi shock.[2]
Menurut kartini kartono dan jenny anny andari dalam bukunya “hyglene
mental dan kesehatan mental dalam islam” bahwa trauma atau kejadian
traumatis adalah laku jiwa yang dialami seseorang disebabkan oleh suatu
pengalaman yang sangat menyedikan atau melukai jiwanya.[3]
Menurut M. Noor H.s, dalam himpunan istilah psikologi memberikan
pengertian trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, meningalkan
kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.[4]
B. Penanganan anak dan orang dewasa
penderita traumatik
Ketika seorang
anak kecil mengalami suatu peristiwa yang membuatnya trauma, respon alami yang
pertama dirasakan anak adalah mencari keamanan dan kenyamanan dari orang dewasa
yang dekat dengannya. Orang dewasa yang paling penting bagi seorang anak adalah
keluarga atau walinya, umumnya tentu saja orang tua. Para orang dewasa dapat
membantu membangun kembali rasa aman dan stabilitas bagi anak yang mengalami
trauma sebagai cara menghilangkan trauma pada anak dengan melakukan beberapa
hal berikut:
1. Ambil Inisiatif Untuk Membicarakannya
Jika anak tidak
membicarakan tentang tragedi yang dialami, bukan berarti mereka tidak
memikirkannya. Mungkin saja anak merasakan ketidak nyamanan orang tuanya dan
tidak ingin membuat Anda kesal dengan membicarakan hal tersebut, bisa juga
mereka sendiri kewalahan dengan perasaan yang dialami. Tanpa infomasi akurat,
yang bisa terjadi hanyalah spekulasi belaka. Dalam kebanyakan kasus, khayalan
dan pikiran seorang anak bisa lebih menakutkan daripada kenyataannya. Karena
itulah, sebagai orang tua Anda harus menyempatkan untuk mengadakan pembicaraan
dengan anak mengenai kejadian traumatis tersebut.
2. Yakinkan Anak
Tragedi dapat
mengikis rasa aman kita, dan juga rasa aman pada anak-anak. Usahakanlah untuk
meyakinkan anak bahwa keadaan akan membaik, Anda akan selalu ada untuknya
sebagai orang tua, anak-anak dapat berbicara mengenai apa saja dengan Anda dan
kapan saja, dan juga bahwa mereka aman serta begitu juga orang tua yang mereka
sayangi. Tunjukkan kepada anak apa saja langkah yang telah dilakukan untuk
memastikan keamanan anak dan bagaimana cara menciptakan keamanan tersebut.
3. Dengarkan Mereka
Galilah apa yang
diketahui anak dengan mendengarkan apa yang diungkapkan oleh mereka. Kemampuan
untuk mendengarkan sangat penting terutama dalam suatu peristiwa traumatis. Ini
berarti memberikan anak perhatian penuh kita, tanpa terburu-buru menghakimi
atau mengecilkan perkataan anak, betapapun konyol atau tidak logisnya hal
tersebut. Tunjukkan jika Anda dapat memahami perasaan anak, dengan demikian
Anda juga dapat memberikan kesan bahwa ketakutan anak bukanlah sesuatu hal yang
sulit untuk dimengerti dan diselesaikan.
4. Dorong Anak untuk Mengungkapkan Perasaannya
Dengan mendorong
anak untuk mengungkapkan perasaannya, orang tua akan dapat mengetahui
sejauh mana pemahaman anak mengenai peristiwa yang telah dilaluinya. Diperlukan
rasa empati yang besar agar anak dapat merasakannya dan mau mengungkapkan isi
hati mereka kepada orang lain mengenai suatu kejadian yang membuat mereka
trauma.
Mengetahui apa
yang dipahami anak secara keseluruhan berguna untuk meluruskan segala kesalah
pahaman dan pengertian yang salah yang ada di benak anak, dan juga memberi
mereka informasi yang benar. Anak mungkin akan merasa sedih, gelisah, takut dan
stress. Tekankan kepada anak bahwa tidak apa-apa untuk merasakan hal tersebut,
dan akan mencari jalan keluar untuk mengatasinya.
5. Tunjukkan Kasih Sayang Anda
Bukan hanya anak
yang harus mengungkapkan perasaannya, namun Anda sebagai orang tua juga.
Anak-anak dapat melihat bahwa walaupun peristiwa ini meresahkan, Anda tetap
memiliki kekuatan untuk bangkit dan mengatasinya. Orang tua haruslah menjadi
panutan bagi anak dalam segala hal, termasuk dalam hal emosional. Pastikan
untuk bicara dengan anak saat Anda sudah merasa siap dan dapat mengendalikan
diri.
6. Fokus pada Hal yang Positif
Ketika
suatu tragedi terjadi, dibaliknya pasti tetap ada hal yang positif.
Sampaikanlah hal ini kepada anak, bahwa dibalik segala yang terjadi pasti akan
tetap ada hal yang baik yang akan muncul. Ajak anak untuk melihat sisi positif
dari setiap peristiwa, bahkan kejadian yang traumatis sekalipun.
7. Beri dorongan Pada Anak untuk Bertindak
Ketika melihat
penderitaan orang lain, rasa belas kasihan dapat menjadi motivasi untuk
membantu dan mengubah hal tersebut menjadi sebuah perasaan yang saling mendukung
dan menjalin hubungan. Mendorong anak untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang
mereka rasakan dapat memberikan penyaluran untuk mengekspresikan perasaannya.
Bantu anak untuk keluar dari perasaan tidak berdaya dan menumbuhkan kepedulian
untuk orang lain yang juga mengalami trauma.
8. Jawab Pertanyaan Anak dengan Sederhana
Jika sedang
berdiskusi dengan anak, kemungkinan ia akan memiliki banyak pertanyaan yang
akan diajukan kepada Anda. Usahakanlah untuk menjawabnya dengan sesederhana
mungkin, gunakan bahasa yang juga sederhana dan tidak berbelit-belit sesuai
dengan tingkat pemahaman seorang anak.
9. Buatlah Rencana Keselamatan Keluarga
Untuk membangun
rasa aman bagi anak kembali, ia harus tahu apa saja yang dapat Anda lakukan
untuk mencegah kejadian tersebut menyakiti siapapun yang disayangi oleh anak.
Anda bisa menjelaskan kepada anak bagaimana rencana yang Anda buat untuk
keamanan seluruh keluarga, dan memintanya untuk ikut terlibat.
10. Temukan Cara untuk Bersantai Bersama Anak
Menyediakan
waktu untuk membangun ikatan secara emosional dengan anak juga akan dapat
mengurangi keresahan anak akibat suatu peristiwa yang traumatis. Cobalah untuk
menyusun rencana kegiatan dengan anak, lebih baik lagi jika kegiatan tersebut
adalah hal yang disenangi anak dan membuatnya santai.
11. Libatkan Anak dalam Kegiatan atau Tradisi
Keluarga
Mendekatkan diri
dengan keluarga besar juga dapat menjadi cara menghilangkan trauma pada anak.
Bergabunglah jika ada acara tertentu atau tradisi yang biasa dijalankan dalam
keluarga. Hal ini akan membuat anak merasa bahwa masih banyak orang yang akan
mendukungnya dan menyayanginya.
12. Perhatikan Adanya Perubahan dalam Perilaku
Anak
Ini adalah hal
yang sangat krusial dalam cara menghilangkan trauma pada anak. Apabila anak
menolak membicarakan perasaannya terkait peristiwa traumatis tersebut, Anda
harus berupaya mencari tahu lewat perilakunya. Carilah tanda-tanda sekecil
apapun yang menunjukkan bahwa anak mengalami trauma atas kejadian tersebut.
Mengetahuinya sejak awal akan meminimalisir bahkan mencegah kerusakan yang bisa
terjadi.
13. Buat Jadwal Keseharian Anak yang Rutin
Bantulah anak
untuk melewati rasa traumanya dengan kembali kepada rutinitasnya sehari hari,
misalnya bermain dengan teman, bersekolah, bahkan menghabiskan waktu bersama
keluarga. Bila perlu, Anda bisa membuat jadwal baru untuk memberi variasi
kepada kegiatan rutin anak.
Anda juga bisa
memasukkan kegiatan baru yang dipilih anak untuk menghabiskan waktunya. Hal ini
juga dapat menjadi cara mudah bergaul bagi orang pendiam jika anak
mempunyai sifat pendiam untuk kembali kepada kegiatannya yang biasa. Memberikan
jadwal yang tetap setiap hari juga dapat membantu untuk cara mengatasi anak susah belajar dan cara meningkatkan prestasi belajar anak.
14. Terapkan Batasan yang Konsisten dengan Sabar
Terkadang bagi
anak yang mengalami trauma, semua peraturan yang biasanya harus dia ikuti
menjadi ditiadakan atau dilonggarkan. Sebaiknya usahakan untuk tetap memberikan
aturan yang sama seperti sebelumnya, agar anak tidak melupakan hal tersebut dan
menjadi terbiasa dengannya dan menjadipenyebab kenakalan anak. Memberikan
peraturan yang harus ditaati anak adalah hal yang penting untuk menjaga
perilaku anak tetap pada batasan yang wajar, namun Anda bisa melonggarkannya
sedikit dengan menyesuaikan kondisi anak pada saat itu.
15. Bangun Kembali Rasa Aman dan Percaya Anak
Trauma berarti
kehilangan sedikit atau banyak perasaan percaya pada anak akan keamanan
dirinya. Hal ini lah yang menjadi tugas bagi orang-orang dewasa di sekeliling
anak untuk menjamin dan meyakinkan anak bahwa ia tidak akan berada dalam bahaya
lagi, dan bahwa ia akan selalu dijaga serta disayangi sebagai pola asuh anak usia dini dalam
menghadapi trauma.
16. Berilah Anak Makanan Sehat
Untuk membangun
kembali kondisi mental anak yang mengalami trauma, tidak hanya melalui
perkembangan psikologis dan emosional saja akan tetapi juga diperlukan perkembangan
fisiknya agar menunjang kepada kemampuan berpikirnya. Pastikan anak mendapatkan
asupan gizi yang cukup untuk menjaga kesehatan tubuhnya.
17. Batasi Campur Tangan Orang Lain yang Tidak
Perlu
Campur tangan
orang lain yang tidak tahu dengan jelas duduk permasalahannya dalam situasi
seperti ini biasanya akan memberi pengaruh yang tidak diharapkan, bahkan bisa
memperburuk kondisi mental anak. Pada saat ini, cara menghilangkan trauma pada
anak adalah dengan menjauhkan anak secara sementara dari pengaruh orang lain
yang tidak perlu.
18. Jangan Mengkritik Anak
Hindari sikap
mengkritik atau meremehkan ketika menghadapi anak yang sedang trauma. Sikap
tersebut hanya akan membuat anak merasa makin trauma dan sulit memulihkan diri,
bahkan merasa kehilangan kepercayaan dirinya. Tunjukkanlah sikap mendukung dan
penuh empati kepada anak, ini penting dalam mendukung tahap perkembangan emosi anak.
19. Berikan Anak Waktu untuk Menenangkan Diri
Awalnya mungkin
akan sulit membuat anak berbicara mengenai perasaannya atau mengenai trauma
yang dia rasakan. Bila situasinya seperti ini , berilah anak kesempatan untuk
menenangkan diri terlebih dulu. Beri anak waktu untuk mencerna perasaannya
sebelum Anda mencoba lagi. Memberi anak kesempatan menenangkan diri juga dapat
menjadi cara mengatasi anak pemarah.
20. Cari Bantuan
Apabila trauma
yang dialami anak terlalu berat, cara menghilangkan trauma pada anak yang dapat
dilakukan adalah mencari bantuan yang tepat, yang bisa membantu anak mengatasi
traumanya dengan keahliannya. Mintalah bantuan kepada psikolog atau psikiater
anak yang kompeten.
Anak-anak dan
remaja akan bereaksi dalam banyak cara terhadap suatu trauma. Bisa jadi reaksi
mereka akan terlihat segera setelah mengalami suatu kejadian atau justru
beberapa waktu kemudian. Kehilangan kepercayaan kepada orang dewasa dan
ketakutan terhadap kejadian yang mirip adalah beberapa reaksi yang mungkin
timbul, karena itu sebaiknya Anda benar-benar mendampingi anak dan menunjukkan
bahwa ia dapat memulihkan dirinya dengan bantuan orang tuanya, untuk
menjadi cara membentuk karakter anak usia dini yang bebas
dari rasa traumaa.[5]
Selain
poin diatas ada pendapat lain yang memberikan sumbangsih dalam mengatasi
trauma, Berikut adalah beberapa langkah sederhana yang bisa anda terapkan untuk
mengatasi rasa trauma,diantaranya :
1.
Melakukan aktivitas yang positif serta menyibukkan
Seringkali kita
mengingat kejadian dimana kita mengalami hal yang tidak menyenangkan, ini
biasanya terjadi ketika kita dalam keadaan diam atau melamun sehingga membuat
anda menjadi sulit untuk tidur. Jauhi sifat berdiam diri, lebih baik anda
melakukan aktivitas positif yang menyenangkan, sehingga anda tidak punya waktu
lagi untuk mengingat kejadian buruk tersebut.
2.
Selalu berfikir positif
Selalu berfikir
positif dapat memberikan banyak manfaat untuk kehidupan anda. Selain dapat
membantu menghilangkan trauma, anda juga akan tampil lebih percaya diri dan
tidak mudah berputus asa. Berfikiran positif juga dapat membuat anda menjadi
lebih rileks, tenang dan tidak mudah merasa was-was.
3.
Menatap masa depan
Coba pikirkan
secara seksama, jika anda larut dalam kesedihan bagaimana nanti nasib
orang-orang yang mencintai anda ? bagaimana nasib kedua orang tua yang semakin
renta dan masih membutuhkan anda? ingat !! merekalah yang bersusah payah
membesarkan dan merawat anda, ingat juga anak anda yang sangat masih
membutuhkan kasih sayang anda dan ingatlah suami atau istri yang masih
membutuhkan tempat berbagi. Jadi anda tidak perlu mengingat masa lalu dimana
anda mengalami kejadian yang buruk. Hilangkan rasa takut dan anda tidak perlu
lagi mengingat masa lalu yang tidak ada gunanya tersebut.
4.
Jangan menjauhkan diri dari lingkungan
Anda perlu
berbagi, anda perlu komunikasi. Hal ini sangat baik untuk mempercepat proses
pemulihan pasca trauma.
5.
Menerima bantuan yang datang dan meminta dukungan
Jangan menolak
jika ada yang mencoba menawarkan bantuan kepada anda. Entah itu dalam bentuk
profesional maupun orang terdekat anda.
6.
Jadilah sukarelawan dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial
Ingatlah bahwa
ada orang diluar sana yang bernasib buruk seperti anda atau bahkan lebih buruk
lagi. Jadi anda tidak perlu merasa bahwa hanya andalah satu-satunya orang yang
pernah memiliki kejadian buruk tersebut. Anda dapat menggantikan perasaan tidak
berdaya dengan menolong orang lain, dengan begini anda dapat kembali merasa
kuat.
7.
Lakukan Aktivitas sehari-hari
Lakukan
pekerjaan atau tugas sehari-hari dengan membagi tugas yang berat ke dalam tugas
berskala lebih kecil sehingga pekerjaan akan lebih mudah terselesaikan, selain
itu anda akan merasa senang jika berhasil menyelesaikannya secara terjadwal dan
teratur.
8.
Terima kenyataan !!
Ini penting !
Jangan menghindari perasaan yang anda rasakan mengenai trauma ! terima saja apa
adanya dan biarkan anda merasakan proses berduka anda. Luapkan apa yang menjadi
kemarahan anda (secara wajar), ini baik agar emosi anda menjadi stabil kembali.
9.
Melakukan terapi
Ada beberapa
terapi yang bisa anda lakukan untuk menghilangkan trauma pada diri seseorang ; EMDR/Eye
Movement Desensitization and Reprocessing, Terapi somatik, dll
10.
Latihan relaksasi
Jika anda merasa
tertekan, bingung atau marah, anda dapat melakukan beberapa latihan relaksasi
berikut ini :
Duduk di kursi Letakan
kaki anda ke tanah dan rasakan ! Tekan Paha sampai menempek pada kursi !
Sandarkan punggung pada kursi dan rileks lah
Lihatlah sekitar
anda Pilihlah 6 objek pada warna yang berbeda, seperti melihat warna merah dan
hijau. Hal ini memungkinkan anda merasakan bahwa anda sedang hidup di masa
sekarang, bukan masa lalu. Anda dapat merasakan alam menyatu dengan tubuh anda.
Perhatikan bagaimana anda bernapas lebih dalam dan lebih tenang.
Pergi ke luar
ruangan. Mungkin anda membutuhkan udara segar dan membutuhkan tempat yang
damai. Pergilah ke taman dan duduklah di rumput hijau. Ini akan memberikan
sensasi damai di tengan suasana hati yang sedang terpuruk.
11.
Tidur Cukup
Tubuh sehat
dapat meningkatkan kemampuan untuk mengatasi stress dari trauma. Berkurangnya
tidur bisa membuat gejala trauma anda akan semakin buruk dan menjadi lebih
sulit menjaga keseimbangan kestabilan emosi. Tidur dan bangunlah pada waktu
yang dianjurkan, yaitu selama 7-9 jam setiap malam.
12.
Hindari alkohol dan obat penenang
Bukannya malah
menenangkan malah akan memperburuk gejala trauma dan menambah rasa depresi,
cemas dan isolasi. Lebih baik hindari minuman beralkohol dan obat penenang.
13.
Olahraga
Olahraga selama 3-60
menit perhari dapat membantu meningkatkan serotonin, endorfin, dan bahan kimia
otak lainnya jika dilakukan secara rutin. Selain itu juga dapat membantu
memperbaiki pola tidur yang tidak teratur.
14.
Tawakal
Anda pasti
sering terbayang bahwa anda pernah mengalami sebuah peristiwa yang pahit,
sehingga membuat anda menjadi tertekan dan ketakutan. Jika sudah seperti ini
ada baiknya anda lebih bertawakal, karena peristiwa tersebut memang sudah
digariskan oleh Allah, jadi anda tidak perlu merasa cemas dan merasa takut.
15.
Berdo'a
Pernah mendengar
rupa atau wujud partikel air yang menjadi sangat cantik setelah di do'a kan ?
Sama hal nya dengan diri kita. Berdo'a memang memberikan efek yang sangat baik
sekali bagi kesehatan jiwa seseorang. Untuk itu kita dianjurkan untuk selalu
berdo'a kala ingin melakukan sesuatu, agar jiwa selalu tenang dan tidak selalu
merasa tertekan.[6]
C. Jenis-jenis
terapi penanganan trauma
Terapi
kognitif untuk menghadapi efek peristiwa penyebab trauma. Terapi dengan cara si
penderita bercerita bisa membantu penderita mengurangi kenangan buruk masa
silam.
Terapi
psikoanalisis dengan memaparkan kembali penderita terhadap peristiwa traumatik
namun dengan lingkungan yang lebih
mendukung. Dengan terapi ini, penderita akan memahami perasaan sadar dan tak
sadar terhadap peristiwa yang mempengaruhinya tersebut dan belajar menerima
kondisi.
Terapi
medis dengan pemberian obat penenang atau obat anti depresann dapat membantu
untuk mengobati gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun masalah potensial
dengan terapi obat adalah bahwa pasien kemungkian menganggap perbaikan klinis
yang terajadi disebabkan oleh obat dan bukan karena mereka sendiri. Obat tidak
mampu memberikan efek kesembuhan secara total karena terapi obat hanya
mengobati gejala bukan inti dari masalah trauma itu sendiri.[7]
EMDR/Eye
Movement Desensitization and Reprocessing terapi ini menggunakan metode
penggabungan elemen terapi kognitif behavior (gerakan mata) dan bentuk ritme
lainnya. Terapi ini sangat efektif guna melepaskan kenangan traumatis agar
dapat dihadapi dan disingkirkan
Terapi
somatik Melepaskan energi ketakutan berupa menangis, gemetaran atau pelepasan
fisik lainnya.[8]
D. Pelayanan Bk
Bagi Penderita Tarumatik
Konseling
traumatik
Koseling
traumatik adalah upaya konselor untuk membantu klien yang mengalami trauma
melalui proses hubungan pribadi sehingga klien dapat memahami diri sehubungan
dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha untuk mengatasinya sebaik
mungkin.
Konseling
ini berbeda dengan konseling biasa, yang terletak pada waktu, fokus, aktifitas,
dan tujuan. Waktu yang dibutuhkan lebih pendek, kemudian lebih fokus pada satu
masalah yaitu trauma. Dari segi aktifitas, konseling ini lebih sering melibatkan
banyak orang dalam membantu klien dan yang lebih banyak aktif adalah konselor.
Dilihat
dari tujuan, konseling ini lebih menekankan pada pulihnya kembali klien seperti
keadaan sebelum trauma dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Luka jiwa atau kadang disebut juga dengan trauma dapat terjadi pada semua
insan, tak terkecuali diri kita. Saat mencapai dewasa maka kemampuan untuk
mengatasi luka jiwa akan semakin lengkap dan komplit, sehingga luka jiwa yang
terjadi dapat cepat sembuh atau bahkan sembuh sama sekali.
Disadari
atau tidak jiwa kita yang terbentuk sampai dewasa seperti sekarang ini
dipengaruhi oleh luka-luka yang terjadi waktu kita masih kecil atau remaja. masa
yang sangat rawan dikarenakan seorang anak kecil belum dilengkapi dengan
kemampuan secara sempurna untuk mengobati luka jiwa yang dialami.
Trauma
adalah keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari
tekanan jiwa atau cedera jasmani. Selain itu trauma juga dapat diartikan
sebagai luka yang ditimbulkan oleh faktor external. Jiwa yang timbul akibat
peristiwa traumatik. Peristiwa traumatik bisa sekali dialami, bertahan dalam
jangka lama, atau berulang-ulang dialami oleh penderita.
Penyebab
trauma psikologis antara lain pelecehan seksual, kekerasan, ancaman, atau
bencana. Namun tidak semua penyebab tersebut punya efek sama terhadap tiap
orang. Ada orang yang bisa mengatasi masalah tersebut, namun ada pula yang
tidak bisa mengatasi emosi dan ingatan pada peristiwa traumatik yang dialami.
Konseling
trauma merupakan kebutuhan mendesak untuk membantu mengatasi beban psikologis
yang diderita akibat bencana mapun hal yang linnya. Guncangan psikologis yang
dahsyat akibat kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan sanak keluarga,
dan kehilangan pekerjaan, bisa memengaruhi kestabilan emosi para korban. Mereka
yang tidak kuat mentalnya dan tidak tabah dalam menghadapi petaka, bisa
mengalami guncangan jiwa yang dahsyat dan berujung pada stres berat yang
sewaktu-waktu bisa menjadikan mereka lupa ingatan atau gila.
Konseling
trauma dapat membantu menata kestabilan emosinya sehingga mereka bisa menerima
kenyataan hidup sebagaimana adanya meskipun dalam kondisi yang sulit. Konseling
trauma juga sangat bermanfaat untuk membantu penderita trauma untuk lebih mampu
mengelola emosinya secara benar dan berpikir realistik.
Dengan modal emosi yang stabil dan
keterampilan mengelola kehidupan emosionalnya, maka konseling trauma dapat
dilanjutkan untuk membantu para korban untuk menemukan kembali rasa percaya diri
yang sempat terkoyak tak berdaya dirampas bencana. Tidak mudah bagi setiap
orang untuk bisa menerima kenyataan kehilangan istri, anak, atau pun suami.
Bahkan ketika perasaan kehilangan yang amat
dalam itu muncul, seseorang akan merasa hidupnya tidak berarti lagi. Keadaan
inilah yang memicu munculnya kondisi putus asa (hopeless) dan tak
berarti (meaningless). Hidup tanpa arti dan tanpa harapan akan sulit. Membangun
rasa percaya diri ditopang kestabilan emosional menjadi awal untuk
berkembangnya kemampuan berpikir rasional dan realistik.
Semangat hidup menjadi modal utama bagi para
korban untuk sanggup bertahan dan menatap masa depan dari balik kehancuran
hidup dan kesendirian. Dengan semangat
hidup yang kuat, para penderita akan terbebas dari belenggu keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Konseling trauma juga sangat bermanfaat dalam membantu para
korban untuk mampu memecahkan masalah secara kreatif melalui hubungan timbal
balik dan dukungan lingkungan.[9]
Layanan informasi
layanan
informasi adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu yang berkepentingan
tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan,
atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan
demikian, layanan informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan dari fungsi
pemahaman dalam bimbingan dan konseling.[10]
Konseling individual
Konseling
individual merupakan layanan konseling
yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka
pengentasan masalah pribadi klien. Dalam suasana tatap muka dilaksanakan
interaksi langsung antara klien dan konselor, membahas berbagai hal tentang
masalah yang dialami klien. Pembahasan tersebut bersifat mendalam menyentuh
hal-hal penting tentang diri klien bahkan sangat penting yang boleh jadi
penyangkut rahasia klien, bersifat meluas meliputi berbagai sisi yang
menyangkut permasalahan klien, namun juga bersifat spesifik menuju kearah
pengentasan masalah.[11]
Bimbingan
Kelompok (Bkp) Dan Konseling Kelompok (Kkp)
Layanan
koneling dapat diselengarakan baik secara perorangan/individual maupun
kelompok. Secara perorangan layanan konseling dilaksanakan melalui konseling
perorangan atau layanan konsultasi, sedangkan secara kelompok melalui layanan
bimbingan kelompok atau konseling kelompok. Kedua layanan kelompok ini
mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai
pemimpin kegiatan kelompok.
BKp
dan KKp mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna
bagi pengembangan, pribadi dan/atau pemecahan masalah individu yang menjadi
peserta kepedulian bersama anggota kelompok. Dalam BKp yaitu membahas
topic-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, sedangkan
dalam KKp yaitu membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok. Baik topic umum maupun masalah pribadi itu dibahas melalui
suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif, diikuti oleh semua
anggota di bawah bimbingan kelompok (konselor).
Layanan
BKp dan KKp dapat diselenggarakan dimana saja, didalam ruangan ataupun diluar
ruangan, disekolah atau di luar sekolah, dirumah salah seorang peserta atau
dirumah konselor, disuatu kantor atau lembaga tertentu, atau di ruang praktik
pribadi konseloar. Di manapun kedua jenis layanan itu dilaksanakan, harus
terjamin dinamika kelompok dapat berkembang dngan sebaik-baiknya untuk mencapai
tujuan layanan.[12]
Konseling
Keluarga (KK)
Untuk
membantu secepatnya pemulihan (recovery) klien, amat diperlukan
dukungan keluarga seperti ayah, ibu, saudara, istri, suami, pacar, dan keluarga
dekat lainnya. Fasilitator konseling keluarga adalah konselor, sedangkan
pesertanya adalah klien, orang tua, saudara, suami/istri, dan sebagainya.
Nuansa emosional yang akrab harus mampu diciptakan oleh konselor agar terjadi keterbukaan
klien terhadap keluarga, sebaliknya anggota keluarga mempunyai rasa tanggung
jawab yang tinggi terhadap pemulihan klien. Dampaknya adalah tumbuh rasa aman,
percaya diri, dan rasa tanggung jawab klien terhadap diri dan keluarga.[13]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ternyata
trauma memiliki banyak penyebab bisa jadi pengalaman tidak menyenangkan saat
kecil, akibat bencana dan lain-lain, penanganan pun berbeda antara anak-anak
dan orang dewasa, selain melakukan terapi untuk mengatasi trauma juga bisa dengan
melakukan konseling taraumatik dan mengunakan layanan BK lainya yang mampu
mengatasi trauma tersebut,
Penutup
Apabila dalam
penulisan makalah masih banyak kekeliruan dan kekurangan penulis mengharapkan
kritik dan saran agar lebih baik untuk melaukan penulisan selanjutnya
DAFTAR
PUSTAKA
Agnes Maria
Layantara, Luka Batin, Jakarta, Yayasan Maranatha Krista.
http://jona-marpaung.blogspot.co.id/2011/05/trauma-konseling.html diakses 14:20 27/09/2017
Kartini kartono
dan jenny andari, hygiene mental dan kesatan mental dalam islam, bandung.
mandar maju, 1989.
M. Noor H.s.
Himpunan Istilah Psikologi, (Surabaya: pedoman ilmu jaya. 1997).
http://dosenpsikologi.com/cara-menghilangkan-trauma-pada-anak diakses 14:20 27/09/2017
http://www.muezaa.com/2016/11/beginilah-cara-menghilangkan-trauma.html diakses 14:20 27/09/2017 http://mohdfajrii.blogspot.co.id/20130925archive.html
diakses 14:14
11/10/2017
http://bimbingankonsling56.blogspot.co.id/2016/05/konseling-traumatik.html diakses 14:20
27/09/2017
Prayitno &
Amti, Erman. (2004). Dasar-Dasar BK. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno. Seri
Layanan Konseling dan Seri Kegiatan Pendukung Konseling. Padang. 2014.
https://jauhinarkoba.com/konseling-terpadu-pemulihan-pecandu-narkoba/ diakses
14:20 27/09/2017
[1] Agnes Maria
Layantara, Luka Batin, Jakarta, Yayasan Maranatha Krista, 2001, hlm. 8
[2] http://jona-marpaung.blogspot.co.id/2011/05/trauma-konseling.html diakses 14:20
27/09/2017
[3] Kartini
kartono dan jenny andari, hygiene mental dan kesatan mental dalam islam,
(bandung. mandar maju, 1989) hal. 44
[4] M. Noor H.s.
Himpunan Istilah Psikologi, (Surabaya: pedoman ilmu jaya. 1997). Hal. 164
[5]http://dosenpsikologi.com/cara-menghilangkan-trauma-pada-anak diakses 14:20 27/09/2017
[6] http://www.muezaa.com/2016/11/beginilah-cara-menghilangkan-trauma.html diakses 14:20 27/09/2017
[8] http://www.muezaa.com/2016/11/beginilah-cara-menghilangkan-trauma.html
diakses 14:20 27/09/2017
[9] http://bimbingankonsling56.blogspot.co.id/2016/05/konseling-traumatik.html diakses 14:20 27/09/2017
[10] Prayitno &
Amti, Erman. (2004). Dasar-Dasar BK. Jakarta: Rineka Cipta.
[11] Prayitno. Seri
Layanan Konseling dan Seri Kegiatan Pendukung Konseling. Padang. 2014. Hal
1-4
[12] Ibid.,Hal
1-2
[13] https://jauhinarkoba.com/konseling-terpadu-pemulihan-pecandu-narkoba/ diakses
14:20 27/09/2017
Komentar
Posting Komentar