ORGANISASI BK DALAM SEKOLAH

BAB III


Pengertian

Organisasi berasal dari bahasa yunani: ὄργανον, organon - alat adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Prof Dr Sondang P. Siagian, mendefinisikan organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua  orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut dengan bawahan[1]

Sekolah adalah suatu organisasi formal. Di dalamnya terdapat usaha-usaha administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran nasional. Bimbingan konseling adalah sub organisasi dari organisasi sekolah yang melingkupinya. Bimbingan dan konseling disekolah merupakan bagian terpadu dari sekolah tersebut, sehingga dalam pelaksanaannya tergantung bagaimana pengorganisasian yang dijalankan disekolah tersebut, sehingga tidak ada tolok ukur bagaimana organisasi bimbingan dan konseling disekolah yang terbaik.[2]

Organisasi bimbingan konseling di sekolah dalam pengertian umum adalah suatu wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan secara bersama-sama.[3] Sebagai suatu badan, banyak ahli menawarkan model atau pola organisasi mana yang cocok diterapkan disekolah. Akan tetapi pola organisasi yang dipilih harus berdasarkan atas kesepakatan bersama diantara pihak-pihak yang terkait di sekolah yang dilanjutkan dengan usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas, pengendalian proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan.

 

 

 

Tujuan

Organisasi bimbingan dan konseling disekolah mutlak diperlukan, karena:

1. Pelayanan bimbingan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan program pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh staf sekolah baik kepala sekolah, guru, Sali kelas, maupun staf admnistrasi sekolah perlu melibatkan diri dalam usaha layanan bimbingan.

2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah ada pada kepala sekolah sebagai administrator sekolah yang memegang peranan kunci.

3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling di sekolah hendaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang yang memilikii persyaratan tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat, sikap dan kepribadian, ketrampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas.

4. Program bimbingan merupakan suatu bentuk kegiattan yang cukup luas bidang geraknya.

5. Program layanan bimbingan di seklah hendaknya perlu di evaluasi untuk mengertahui efektivitas dan efisiensi program.

6. Petugas-petugas yang diserah tanggung jawab bimbingan yang bersifat khusus, seperti kegiatan konseling hendaknya ditangani oleh petugas yang professional da berkompeten mengerjakan tugas tersebut.

7. Petugas-petugas bimbingan dan seluruh staf pelaksanan bimbingan mutlak perlu diberikan latihan dalam jabatan. Sebagai suatu alat untuk memperbaiki pelayanan bimbingan di sekolah

Sifat

            Konselor profesional memberikan layanan berupa pendampingan (advokasi) pengkoordinasian, mengkolaborasi dan memberikan layanan konsultasi yang dapat menciptakan peluang yang setara dalam meraih kesempatan dan kesuksesan bagi konseli berdasarkan prinsip-prinsip pokok profesionalitas:

1. Setiap individu memiliki hak untuk dihargai, diperlakukan dengan hormat dan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Konselor memberikan pendampingan bagi individu dari berbagai latar belakang kehidupan yang beragam dalam budaya; etnis, agama dan keyakinan; usia; status sosial dan ekonomi; individu dengan kebutuhan khusus; individu yang mengalami kendala bahasa; dan identitas gender.

2. Setiap individu berhak memperoleh informasi yang mendukung kebutuhannya untuk mengembangkan dirinya.

3. Setiap individu mempunyai hak untuk memahami arti penting dari pilihan hidup dan bagaimana pilihan tersebut akan mempengaruhi masa depannya.

4. Setiap individu memiliki hak untuk dijaga kerahasiaan pribadinya sesuai dengan aturan hukum, kebijakan, dan standar etika layanan[4]

Adapun tokoh-tokoh lain yang menyatakan bahwa sifat dan fungsi Bimbingan dan Konseling itu sama, namun kami lebih condong terhadap pendapat dari Nurihsan A. J. dan Sudianto A. yang sudah disebutkan di atas. Secara singkat berikut adalah penjabaran dari 5 macam sifat Bimbingan dan Konseling

1. Pencegahan.

Bimbingan dan Konseling berusaha mencegah siswa dari berbagai masalah yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

2. Penyembuhan.

Bimbingan dan Konseling diusahakan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa.

3. Perbaikan.

Bimbingan dan Konseling hendaknya memperbaiki kondisi siswa dari permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat berkembang secara optimal.

4. Pemeliharaan.

Bimbingan dan Konseling bersifat memelihara kondisi individu yang sudah baik agar tetap baik.

5. Pengembangan.

Bimbingan dan Konseling bersifat mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif individu dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjuta[5]

Prinsip

Dalam organisasi bimbingan dan konseling di sekolah perlu diperhatikan beberapa prinsip operasional, karena pelaksanan dari prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program bimbingan di sekolah. Prinsip tersebut antara lain:

1. Program layanan bimbingan di sekolah harus dirumuskan dengan jelas

2. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing

3. Penempatan petugas-petugas bimbingan harus disesuaikan dengan kemampuan, potensi-potensi (bakat, minat dan keahliannya masing-masing)

4. Program bimbingan hendaknya diorganisasikan secara sederhana

5. Menciptakan jalinan kerjasama yang erat diantara petugas bimbingan di sekolah, dan di luar sekolah yang berkaitan dengan program bimbingan di sekolah.

6. Organisasi harus dapat memberikan berbagai informasi yang penting bagi pelaksanaan program layanan bimbingan.

7. Program layanan bimbingan harus merupakan suatu program yang integral dengan keseluruhan program pendidikan di sekolah

Organisasi BK di luar Sekolah

IPBI

IPBI singkatan dari Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia. IPBI didirikan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi IPBI merupakan himpunan para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya. IPBI berasaskan pancasila

ABKIN

Tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).  Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) adalah suatu organisasi profesi yang beranggotakan guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan kualifikasi pendidikan akademik strata satu (S-1) dari Program Studi Bimbingan dan Konseling dan Program Pendidikan Konselor (PPK). Kualifikasi yang dimiliki konselor adalah kemampuan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling dalam ranah layanan pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir bagi seluruh konseli.

MGBKN

MGBK adalah kegiatan musyawarah yang bertujuan meningkatkan kualifikasi guru Bimbingan Konseling. MGBK ini diikuti oleh seluruh guru BK swasta maupun negeri. MGBK diadakan di tiap-tiap provinsi/kota dengan target pertemuan minimal 3 kali tiap semesternya. MGBK membahas mengenai permasalahan guru-guru BK di tiap-tiap sekolah. Bidang IT yang meliputi pembuatan web, blog, e-mail atau sekadar acces internet, menjadi masalah utama yang dihadapi para guru tersebut.

Program Kerja MGBK

1. Program kerja Pengurus MGBK akan menitik beratkan pada upaya di dalam meningkatkan keterampilan proses pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah maupun di luar sekolah.

2. Salah satu contoh program yang akan dilaksanakan yaitu melakukan sharing informasi antar guru bimbingan dan konseling / konselor sekolah tentang bagaimana kegiatan praktek bimbingan dan konseling yang selama ini dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan  teori-teori konseling.

3. Dengan adanya MGBK, para guru BK dapat saling berinteraksi guna meningkatkan pelayanan terhadap siswa.

4. Dengan adanya MGBK diharapkan dapat melucurkan inovasi baru untuk untuk diaplikasikan di sekolah masing-masing, tentunya inovasi yang berkaitan dengan bimbingan konseling siswa.

IMABKIN

Ikatan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Indonesia (IMABKIN) adalah suatu organisasi mahasiswa bimbingan dan konseling satu-satunya di Indonesia yang sudah terdaftar secara resmi di DIKTI. Resmi terbentuk melalui Kongres I IMABKIN pada bulan 9 Desember 2007 di Jakarta.

 

BAB IV

KEPEMIMPINAN

Teori kepemimpinan

            Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan.

Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).

Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain:

a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.

b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan.

1. Teori-teori dalam Kepemimpinan

a) Teori Sifat

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.

Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;  kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.

Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan.

Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)

 

Teori Situasional

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah

Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; Norma yang dianut kelompok; Rentang kendali; Ancaman dari luar organisasi; Tingkat stress; Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:

Model kontinuum Otokratik-Demokratik

Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.

Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”

Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:  Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;  Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;  Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

Model Situasional

Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah * Memberitahukan;

Menjual; Mengajak bawahan berperan serta; Melakukan pendelegasian. Model ” Jalan-Tujuan ”

Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.

Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :

Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.[6]

Gaya kepemimpinan

            Menurut Rensis Liker, gaya kepemimpinan seseorang dalam organisasi dapat dikelompokan menjadi:

Eksploitatif, yaitu pemimpin yang memeras bawahan, bawahan harus mencapai tujuan yang ditetapkan, kalau tidak bisa dihukum.

Otoritatif, yaitu pemimpin yang keras terhadap bawahan, bawahan tidak boleh memberi komentar terhadap perintah pemimpin.

Konsultatif, yaitu pemimpin yang selalu meminta pendapat dari bawahan, perintah biasanya dikeluarkan setelah diskusi dengan bawahan.

Partisipatif, yaitu pemimpin yang selalu mengambil keputusan sesuai kesepakatan bawahan.

Sedangkan menurut George R. Terry, ada enam tipe kepemimpinan, yaitu:

Kepemimpinan Personal, pemimpin ini selalu mengadakan kontak langsung dengan bawahan. Dia dapat mengetahui setiap masalah yang dihadapai bawahan sehingga dia dapat segera memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah. Melalui kontak langsung pemimpin dan bawahan dapat menanamkan pengaruh dan ide-idenya kepada bawahan. Sebab bawahan merasa diperhatikan, dibimbing, dan diarahkan menuju kemajuan.

Kepemimpinan Non-personal, pemimpin tipe ini dilakukan melaui media non-pribadi seperti perintah tertulus, surat keputusan, dan pengumuman-pengumuman.

Kepemimpinan Otoriter, yaitu pemimpin yang merasa bahwa kekuasaan yang sah adalah miliknya, sehingga merasa berhak memerintah dan memindahkan orang lain.

Kempemimpinan Demokratis, pemimpin ini ditandai dengan adanya partisipasi kelompok dalam penentuan tujuan dan pemanduan pemikiran-pemikiran untuk menentukan cara-cara terbaik dalam melaksanakan pekerjaan. Oleh karena itu, setiap pemikiran perorangan dan kelompok dihargai serta bersifat terbuka.

Kepemimpinan Kebapakan, kepemimpinan itu disebut dengan paternalistik yang ditandai oleh suatu sikap pemimpin yang dalam memimpin bertindak sebagai bapak, yaitu sebagai pendidik, pengasuh, pembimbing, dan penasihat dengan memperhatikan kesenangan dan kesejahteraan yang dipimpin.

Kepemimpinan Alamiah, pemimpin seperti ini timbul dengan sendirinya secara spontan, bukan karena pengangkatan yang diterima serta dituruti oleh orang lain. Kepemimpinan jenis ini sangat berpengaruh. Agar organisasi berhasil, manajemen harus memanfaatkan para pemimpin alamiah.[7]

Fungsi

Perencanaan

Fungsi dari perencanaan dalam kepemimpinan organisasi memegang semua kendali akan perencanaan yang memungkinkan organisasi untuk berjalan lancar. Perencanaan mencakup pentafsiran tujuan dan menentukan jalur yang paling efektif untuk mewujudkan hasil itu. Umumnya, perencanaan itu fleksibel, sejalan dengan para perencana yang harus mengkoordinasikan berbagai hal kepada semua tingkatan manajemen dan kepemimpinan dalam organisasi. Perencanaan juga melibatkan pengetahuan sumber daya organisasi dan masa depan tujuan organisasi.

Pengaturan

Fungsi dari pengaturan dalam kepemimpinan mengendalikan semua struktur organisasi. Struktur organisasi ini merupakan pondasi semuanya, tanpa struktur ini, aktivitas keseharian dari organisasi akan sulit dan mengarah pada kegagalan. Pengaturan melibatkan pembuatan tugas dan tanggung jawab untuk karyawan dengan keahlian khusus yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Pengaturan juga melibatkan pengembangan struktur organisasi dan rantai perintah dalam organisasi

Personalia/Kepegawaian

Fungsi dari personalia dalam kepemimpinan organisasi mengendalikan semua rekrutmen dan kebutuhan karyawan dari organisasi. Tujuan utama dari personalia adalah untuk mempekerjakan orang yang tepat untuk posisi yang tepat agar tujuan organsasi tercapai. Personalia melibatkan lebih dari sekedar menerima seseorang bekerja. Personalia juga mencakup pelatihan dan pengembangan karyawan, penilaian kinerja, promosi dan transfer karyawan. Tanpa fungsi personalia, sebuah organisasi usaha akan gagal karena organisasi tidak didukung oleh tenaga yang sesuai untuk mencapai tujuan.

Koordinasi

Fungsi koordinasi dalam kepemimpinan organisasi mengendalikan semua kegiatan pengaturan, perencanaan sampai personalia untuk menjamin semua fungsi berjalan beriringan untuk kebaikan organisasi. Umumnya koordinasi diwujudkan dalam bentuk rapat rutin dan sesi perencanaan lainnya dalam departemen terkait dari organisasi. Aktivitas ini untuk menjamin bahwa semua departemen berada dalam pemahaman dan jalur yang sama mencapai tujuan. Dalam berkoordinasi keahlian terkait lainnya akan dibutuhkan seperti komunikasi, pengawasan, dan bimbingan.

Pengendalian

Fungsi pengendalian dari kepemimpinan organisasi sangat berguna untuk menjamin semua fungsi berada pada jalurnya dan berjalan dengan sukses. Pengendalian akan membutuhkan adanya standard an pengawasan output karyawan untuk menjamin performa masing-masing karyawan memenuhi standar. Proses pengendalian kerap mengarah pada identifikasi dari masalah dan situasi yang dibutuhkan untuk membahas sebuah standar baru. Tingkat kinerja akan mempengaruhi kesuksesan seluruh aspek organisasi.[8]



[1] http://teori-organisasi-umum-1.blogspot.co.id/2013/05/definisi-dari-organisasi-menurut-10.html

[2] Sukardi, Dewa Ketut. Organisasi dan Administrasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional

[3] Depdiknas.2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

[4] http://ainialiffah.blogspot.co.id/2013/02/makalah-organisasi-bimbingan-dan.html

[5] https://4gungseti4w4n.wordpress.com/2011/03/30/prinsip-sifat-fungsi-dan-tujuan-bimbingan-konseling/

[6] https://ekoif.weebly.com/teori-kepemimpinan.html

[7] http://studimanajemen.blogspot.co.id/2013/10/gaya-atau-tipe-kepemimpinan.html

[8] https://notordinaryblogger.com/5-fungsi-kepemimpinan-dalam-organisasi-dan-manajemen/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN "KEPRIBADIAN MENYIMPANG"

TEORI BELAJAR SOSIAL DAN TIRUAN

KESEHATAN MENTAL " TRAUMA"

Translate