Tanaman Ubi Kayu

 

A.  Latar Belakang

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam semesta yang dapat dipergunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuknya bisa berwujud barang, benda, fenomena, suasana, gas/udara, air dan lain sebainya. Alam semesta diciptakan Tuhan yang Maha Esa dengan segala macam isinya untuk kelangsungan dan kesejahteraan umat manusia. Alam semesta kaya akan sumber daya alam yang dapat dipergunakan oleh manusia untuk kesejahteraan hidupnya, baik itu yang sudah ditemukan maupun yang belum diketemukan. Namun demikian, tidak berarti manusia tinggal menikmatinya begitu saja, manusia harus berusaha dan berfikir untuk menemukan dan menggunakan sumber daya alam tersebut untuk kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu manusia dianugerahi oleh Tuhan yang Maha Kuasa akal dan pikiran yang dipergunakan untuk mengelola dan memanfaatkan alam semesta sebaikbaiknya untuk kepentingan seluruh umat manusia.

B.  Rumusan masalah

 

1.    Apa itu sumber daya alam tanaman ubi kayu..?

2.    Jenis-jenis sumber daya alam tanaman ubi kayu..?

 

C.  Tujuan

 

1.    Untuk memenuhi tugas perkuliahan.?

2.    Untuk mengetahui sumber daya alam tanaman ubi kayu.?

3.    Untuk menegetahui jenis-jenis sumber daya alam tanaman ubi kayu..?

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

 

 

A.  Pengertian Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Menurut Soerjani, dkk. 1987 sumber daya alam ialah suatu sumber daya yang terbentuk karena kekuatan alamiah, misalnya tanah, air, dan perairan, biotis, udara dan ruang, mineral, bentang alam (land scape), panas bumi, bumi, angin, pasang surut/air laut, termasuk diantaranya hutan.

Soeriatmadja 1981 menyatakan bahwa sumber alam dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat yang optimum atau yang mencukupi, akan meningkatkan daya pengubahan energi.  Selanjutnya dinyatakan bahwa  yang termasuk kategori sumber alam adalah materi, energi, uang, waktu dan keanekaragaman. Menurut Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, sumber daya alam termasuk dalam kategori sumber daya, yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya non hayati dan sumber daya alam buatan.

 

1.    Tanaman Ubi Kayu

Sumber daya tumbuhan sangat penting bagi manusia maupun hewan. Manusia dan hewan tidak mungkin hidup tanpa tumbuhan. Beraneka jenis tumbuhan ada yang tumbuh secara alami dan ada juga yang sengaja diupayaan oleh manusia. Menurut asalnya, tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah tumbuhan hasil hutan serta hasil pertanian dan perkebunan.

Ketela pohon atau singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. jenis tanaman Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan, Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji, Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup, Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Manihot, Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.

Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan.  Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.

Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.

 Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a.    Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).

b.    Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.

c.    Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.

d.    Belum tumbuh tunas-tunas baru.

Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:

a.    Bibit berupa stek batang.

b.    Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.

c.    Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.

d.    Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.

Persiapan Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:

a.    Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.

b.    Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.

c.    Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen.  Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat  memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.

d.    Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.

Pembukaan dan Pembersihan Lahan, Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.

Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.

Pembentukan Bedengan Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.

Pengapuran Lahan, untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.

Penentuan Pola Tanam, Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.

Cara Penanaman, Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.

Penyulaman, untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada.

Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.

Penyiangan, Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.

Pembubunan, Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.

Perempalan/Pemangkasan, pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.

Pemupukan, Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.

Pengairan dan Penyiraman, kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

Waktu Penyemprotan Pestisida, jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.

 

B.     Jenis-Jenis Tanaman Ubi Kayu

 

1.        Cimanggu Super

Singkong jenis ini merupakan singkong jenis yang dikembangkan dari daerah Cimanggu. singkong cimanggu Jenis singkong ini berasal dari dusun Cimanggu Kecamatan Cikembar dengan usia panen 8 – 10 bulan. Singkong ini mempunyai  tinggi tanaman 2,5 – 3 meter, bentuk daun; berjari, warna daun pucuk ‘hijau muda coklat’, warna kulit batang ‘hijau merah kecoklatan’, warna batang dalam ‘putih kecoklatan’, warna umbi ‘merah kecoklatan’ dan warna kulit umbi ‘kuning kecoklatan’.

Ukuran ‘tangkai umbi’ pendek, bentuk umbi mencengkram dan rasa umbi: enak. Singkong Cimanggu Super ini tahan terhadap Ketahanan CBB. Potensi hasil : 40 – 80 ton/hektar umbi kering dan 80 – 100 ton/ha umbi basah. Jarak tanam: 1×1 m, dengan populasi : 10.000 pkk/ha. Jarak tanam: 1 x 1 m mata lima dengan  populasi: 11.400 pkk/ha.

 

2.        Singkong Darul Hidayah

Merupakan singkong raksasa varietas unggul. Disebut singkong raksasa karena per batangnya bisa menghasilkan bobot umbi 10 kali lipat dari singkong biasa. Setiap satu hektare lahan bisa menghasilkan ubi kayu hingga 100 ton. |

Singkong Darul Hidayah Merupakan ubi lokal dari daerah Darul Hidayah. Jenis ini dikembangkan dari biji hasil okulasi antara ubi kayu lokal sebagai batang atas (Scion) dengan ubi kayu karet sebagai batang bawah (stock). Potensi hasil : Potensi produksi bisa sampai dengan 200 ton/ha umbi basah, Jarak tanam 1,2 m x 1,2 m denan populasi;  7000 pkk/ha. Jarak tanam 1,2 m x 1,2 m mata lima dengan populasi 8000 pkk/ha.

Bisa mencapai 102,10 ton/ha umbi segar, umur panen 8–12 bulan, tinggi tanaman 3,65 meter, bentuk daun menjari agak ramping, tipe tajuk bercabang sangat ekstensif hingga cabang keempat, warna pucuk daun ‘hijau agak kekuningan’, warna ‘tangkai daun tua’ merah warna ‘batang muda’ hijau, warna ‘batang tua’ putih.

Singkong ini memiliki ‘kulit ari batang’ tipis mudah mengelupas (tidak tahan disimpan lama). Singkong ini memiliki warna pada kulit umbi putih kecoklatan di bagian luarnya dan merah jambu pada bagian dalamnya. Sedangkan warna daging umbinya putih dengan tekstur daging umbi padat dan berbentuk memanjang. Singkong ini memiliki kualitas rebus baik, rasa yang kenyal seperti ketan sehingga cocok untuk pembuatan keripik.

Potensi dari singkong jenis ini memiliki kadar pati 25,0–31,5%, kadar air 55,0–65,0%, kadar serat 0,96%, kadar abu 0,67%, kadar HCN rendah (<40 mg/kg dengan metode asam pikrat). Jenis singkong ini agak peka tungau merah (Tetranichus sp.), dan agak peka terhadap penyakit busuk jamur (Fusarium sp.)

3.        ADIRA 1

Singkong ini dilepas tahun  1978 merupakan persilangan Mangi / Ambon, Singkong ini dapat dipanen umur 7–10 bulan dengan tinggi batang  1–2 m. Singkong ini mempunyai karakteristik daun berbentuk ‘menjari agak lonjong’, warna pucuk daun coklat, warna ‘tangkai daun bagian atas’ merah, warna ‘tangkai daun bagian bawah’ merah muda, warna batang muda ‘hijau muda’, warna batang tua  ‘coklat kuning’, warna ‘kulit umbi bagian luar’ coklat, warna ‘kulit umbi bagian dalam’ kuning dan warna ‘daging umbi’  kuning.

Singkong Adira I ini  agak tahan terhadap hama tungau merah (Tetranichus bimaculatus), tahan terhadap penyakit bakteri hawar daun, Pseudomonas solanacearum dan Xanthomonas manihotis Potensi produksi : bisa mencapai 22 ton/ha umbi basah dengan kadar tepung 45%, kadar protein 0,5% (basah), kadar HCN 27,5 mg / 100 gr. Varietas ini memiliki umbi berwarna kuning dengan kualitas rebus yang baik dan rasa enak sehingga sesuai untuk dikonsumsi langsung.

 

4.        ADIRA 2

Sama seperti jenis singkong ADIRA I, singkong ini merupakan persilangan Mangi/Ambon. Dilepas tahun 1978 dengan nomor seleksi klon  W-236. Singkong ini bisa dipanen umur 8-12 bulan. Dari wujud daunnyanya mempunyai  daun menjari agak melonjong dan gemuk. Daunnya mempuyai warna pucuk ungu, ‘tangkai daun bagian atas’ merah muda, ‘tangkai daun bagian bawah’ hijau muda, ‘tulang daun bagian atas’ merah muda dan ‘tulang daun bagian bawah ‘hijau muda’.

Singkong ini mempunyai ketinggian batang  2–3 m dengan ‘warna batang muda’ hijau muda dan ‘warna batang tua’ putih coklat. Kulit umbinya bagian luar berwarna putih coklat dan bagian dalam ungu muda. Daging umbinya berwarna putih dengan kualitas rebus baik tetapi rasanya agak pahit. Potensi : Jenis ini memiliki hasil rata-rata 22 t/ha dengan kadar tepung bisa mencapai 41%, kadar protein  0,7% (basah), kadar HCN  124 mg/kg. Jenis ini cukup tahan dari hama tungau merah (Tetranichus bimaculatus) dan tahan terhadap penyakit layu (Pseudomonas solanacearum).

 

5.        Malang 1

Produksi mencapai 49 ton/ ha umbi basah dengan umur panen 9 – 10 bulan.Memiliki daya adaptasi yang luas. Daging umbi berwarna putih kekuningan, kualitas rebus baik, enak dan manis ( kadar HCN <40 mg/kg. Dengan kadar tepung 32 – 36 %, varietas ini sesuai untuk bahan baku industry tepung/pati. Malang 1 toleran terhadap hama tungau merah dan toleran terhadap penyakit becak daun. Dilepas tanggal 3 November 1992 dengan SK Mentan ‘623/Kpts/TP.240/11/92’ dan nomor seleksi ‘MLG 10212’, Jenis ini merupakan hasil persilangan CM 1015 19 dengan CM 849-1. Singkong ini bisa dipanen umur 9–10 bulan.

Jenis ini mempunyai ketinggian batang  1,5–3,0 m dengan bentuk daun menjari agak gemuk, warna ‘pucuk daun’ hijau keunguan, warna ‘tangkai daun tua bagian atas’ hijau kekuningan dengan becak merah ungu di bagian pangkal bagian bawah dan warna ‘tangkai daun tua bagian pangkal’ hijau kekuningan dengan becak merah ungu. batang muda  mempunyai warna ‘hijau muda’ sedangkan batang tua mempunyai Warna ‘hijau keabu-abuan’. Kulit umbi bagian luar dan dalamnya berwarna putih kecoklatan dengan daging umbi ‘putih kekuningan’.

Singkong ini punya kualitas rebus baik dengan rasa enak (manis). Malang 1 mempunyai potensi hasil 36,5 (24,3–48,7) t/ha umbi segar. dengan kadar tepung 32–36%, kadar protein 0,5% (umbi segar), kadar HCN  <40 mg/kg (metode asam pikrat). Jenis ini juga punya daya adaptasi cukup luas, tahan terhadap serangan hama tungau merah dan tahan dari penyakit becak daun  karena bakteri Cercospora.

 

6.        Malang 2

Jenis ini merupakan persilangan CM 922-2 dengan CM 507-37 Jenis ini bisa dipanen umur 8–10 bulan dengan karakteristik tinggi batang 1,5–3,0 m. Bentuk daun;  menjari dengan cuping sempit.  Warna pucuk daun; hijau muda kekuningan. Warna tangkai daun tua; bagian atas hijau muda kekuningan muda kekuningan bagian bawah hijau. Warna batang muda; hijau muda. Warna batang tua; coklat kemerahan. Warna kulit umbi; coklat kemerahan (bagian luar), putih kecoklatan (bagian dalam) Singkong ini punya daging umbi berwarna kuning muda dengan kualitas rebus baik dan rasa  yang enak (manis).

Potensinya bisa mencapai 31,5 (20–42) t/ha umbi segar dengan kadar tepung 32–36%, kadar protein 0,5% (umbi segar), Kadar HCN  <40 mg/kg (metode asam pikrat). Jenis ini agak peka dari serangan hama tungau merah (Tetranichus sp.) tetapi tahan dari penyakit bercak daun  akibat serangan bakteri Cercospora sp.  dan tahan dari penyakit hawar daun akibat bakteri Cassava Backterial Blight.

 

7.        UJ-3

Jenis ini dilepas tahun 2000 dengan nama daerah Rayong-6. Singkong ini berasal dari dari Thailand, mampu dipanen umur 8 – 10 bulan. Tinggi tanaman 2,5–3,0 m dengan bentuk daun menjari. Warna pucuk daun; Hijau muda kekuningan, warna petiole; kuning kemerahan, kulit batang; Hijau merah kekuningan, warna batang dalam; kuning. Umbinya berwarna putih kekuningan, warna kulit umbi ‘kuning keputihan’ dengan ukuran ‘tangkai umbi’ pendek. Tipe tajuk >1 m, dengan bentuk umbi mencengkeram. Rasa umbi singkong ini pahit dengan kadar pati 20,0–27,0%, kadar air  60,63%, kadar abu  0,13%, kadar serat  0,10%. Potensi hasil Bisa mencapai 20–35 t/ha umbi segar. Jenis ini agak tahan dari penyakit CBB (Cassava Bacterial Blight).

 

8.        UJ-5

Dilepas tahun; 2000, nama daerah;  kasetsart-50, asal; introduksi dari Thailand, umur panen; 9–10 bulan, tinggi tanaman; >2,5 m, Daun berbentuk menjari, warna pucuk daun; coklat, warna petiole; hijau muda kekuningan, warna kulit batang; wijau perak, warna batang dalam, kuning, warna umbi; putih, warna kulit umbi; kuning keputihan, ukuran tangkai umbi; pendek, tipe tajuk; >1 m bentuk umbi; mencengkeram, rasa umbi; pahit. Potensi hasil : Singkong ini punya potensi hasil 25–38 t/ha umbi segar dengan kadar pati 19,0–30,0%, kadar air 60,06%, kadar abu 0,11%, kadar serat  0,07%. Jeni ini agak tahan dari penyakit CBB (Cassava Bacterial Blight).

 

9.        ADIRA 4

Umbi ini bisa dipanen umur 9 bulan. Tinggi batang; >2 m, tipe percabangan;tidak bercabang, warna daun muda; ungu warna daun tua; hijau, warna tangkai daun;hijau, warna batang; keunguan Warna kulit umbi; coklat (bagian luar), kuning (bagian dalam). Warna daging umbi; putih, ukuran umbi; besar bentuk daun; menjari dengan lamina gemuk. Umbi ini punya kualitas rebus baik tetapi mempunyai rasa Pahit.  Potensinya bisa mempunyai hasil rata-rata 39,7 ton/ha, kadar pati 25–32%, kadar HCN >100 ppm (metode asam pikrat). Jenis ini agak tahan dari hama tungau merah (Tetranichus sp.) dan adaptif terhadap hara suboptimal

 

10.    Malang 6

Merupakan persilangan tunggal dari MLG 10071 dengan MLG 10032. Jenis ini bisa dipanen umur 9 bulan. Tinggi batang; >2 m, tipe percabangan; bercabang, bentuk daun; menjari dengan lamina gemuk, warna daun muda; ungu muda, warna daun tua; hijau, warna tangkai daun; hijau muda, warna batang; abu-abu, warna kulit umbi; putih (bagian luar), kuning (bagian dalam).

Warna daging umbinya Putih dengan ukuran umbi sedang dan kualitas rebus yang baik tetapi mempunyai rasa pahit. Hasil rata-rata dari singkong ini mempunyai potensi 36,41 ton/ha, dengan kadar pati 25–32% dan kadar HCN >100 ppm (metode asam pikrat). Jenis ini agak tahan dari hama tungau merah (Tetranichus sp.) dan adaptif terhadap hara suboptimal.

 

11.    Litbang UK-2

Merupakan turunan dari hasil persilangan terbuka dengan tetua betina MLG 10.006. Tinggi tanaman bisa mencapai  ±230 cm denan warna batang tua ‘coklat gelap keabu-abuan’ dan batang muda ‘hijau’. Warna daun muda ‘hijau muda agak sedikit kecoklatan’ dan daun tua ‘hijau’. Tungkai daun bagian atas ‘kombinasi antara merah dan hijau muda’ sedangkan tungkai daun bagian bawah ‘kombinasi antara merah kehijauan dan hijau muda’. Warna kulit luar umbi ‘Coklat’ sedangkan kulit dalam umbi ‘kuning kecoklatan/krem’. Daging umbi berwarna putih dengan ukuran umbi sedang. Tipe percabangannya tidak bercabang.

Singkong ini bisa dipanen umur 9–10 bulan dengan potensi hasil bisa mencapai 60,4 ton/ha, tetapi rata-rata bisa menghasilkan 42,2 ton/ha. Dari hasilnya mempunyai kadar pati 17,79% bb a dan 31,21% bb b, kadar abu  ±2,06% basis kering b, kadar HCN 31,02 ppm bb, kadar serat 1,28% bk. Umbi ini potensial untuk diproses menjadi bioetanol dengan perbandingan untuk mendapatkan 1 liter bioetanol 96%  membutuhkan 4,52 kg umbi. Potensi hasil bioetanol 96% sampai dengan ±14,472 liter/ha, rata-rata hasil bioetanol 96%: 10,122 liter/ha. Jenis ini agak tahan dari serangan hama tungau dan agak tahan dari penyakit busuk akar/umbi (Fusarium spp.)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

 

A.    Kesimpulan

Dari hasil makalah ini dapat disimpulkan bahwa Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia  Sumber daya tumbuhan sangat penting bagi manusia maupun hewan. Manusia dan hewan tidak mungkin hidup tanpa tumbuhan. Beraneka jenis tumbuhan ada yang tumbuh secara alami dan ada juga yang sengaja diupayaan oleh manusia.

Cimanggu Super Singkong jenis ini merupakan singkong jenis yang dikembangkan dari daerah Cimanggu, Singkong Darul Hidayah Merupakan singkong raksasa varietas unggul. Disebut singkong raksasa karena per batangnya bisa menghasilkan bobot umbi 10 kali lipat dari singkong biasa. ADIRA 1 Singkong ini dilepas tahun  1978 merupakan persilangan Mangi / Ambon, Singkong ini dapat dipanen umur 7–10 bulan dengan tinggi batang  1–2 m. ADIRA 2 Sama seperti jenis singkong ADIRA I, singkong ini merupakan persilangan Mangi/Ambon. Dilepas tahun 1978 dengan nomor seleksi klon  W-236. dll

B.     Saran

Saran yang kami berikan adalah tanaman ubi kayu adalah termasuk tanaman yang mudah dan simpel untuk dikembangkan dan tanaman ini termasuk tanaman yang mempunyai banyak jenis  

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://eunsetee.com/3517496/int/http://heryantos.blogspot.com/2013/04/makalah-budidaya-ubi-kayu-manihot.html

https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/budidaya-tanaman-singkong-41

http://agrokomplekskita.com/wp-content/uploads/2015/09/singkong-cimanggu.jpg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN "KEPRIBADIAN MENYIMPANG"

TEORI BELAJAR SOSIAL DAN TIRUAN

KESEHATAN MENTAL " TRAUMA"

Translate