KESEHATAN MENTAL " TRAUMA"



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga kependidikan yang sangat pesat, membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia.
            Perubahan-perubahan itu membawa akibat yaitu tuntutan yang lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
            Agar eksistensinya tetap terjaga, maka setiap individu akan mengalami konflik, stress, trauma dan frustasi terutama bagi individu yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut.
            Kalau diperhatikan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, akan terlihat bermacam-macam hal yang terjadi dikalangan masyarakat tersebut. Ada yang kelihatannya selalu gembira, senang, bahagia, dan tertawa walau yang akan dihadapinya nanti berbeda dengan apa yang diharapkan.
             Adapula yang sering mengeluh dan bersedih hati, putus asa, menyerah, tidak cocok dengan orang lain dan pekerjaannya hal tersebut membuat seseorang mengalami  suatu gannguan kesehatan.
            Hal ini terjadi karena kurangnya masyarakat untuk menjaga keharmonisan di dalam masyarakat itu sendiri.
            Dalam gangguan-gangguan ini kita harus tau betul apa yang akan dipelajari dalam hal ini dan bagaimana pemahaman kita terhadap gangguan-gangguan tersebut.
             Dalam pembahasan ini banyak sekali poin-poin yang bisa kita ambil pelajaran atau sisi positifnya, agar kita tahu masalah yang ada di lingkungan masyarakat mengenai tiga hal tersebut.





B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana  teori dari Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi?
2.      Apa defenisi dan dinamika dari Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi?
3.      Apa saja gejala-gejal dari Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana teori dari Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi
2.      Untuk mengetahui apa definisi dan dinamika dari Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi
3.      Untuk mengetahui apa saja gejala-gejal dari Konflik, Stres, Trauma dan Frustas




















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi
1.      Teori Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
 Konflik juga dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda. Konflik biasanya dilatar belakangi oleh individu maupun kelompok karena ketidakcocokan atau perbedaan pendapat dalam hal tujuan yang akan dicapai.
 Konflik atau perbedan merupakan suatu hal yang sering terjadi didalam suatu organisasi. Bukan hanya dalam hal berorganisasi tetapi hal ini juga sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat Dalam proses interaksi antara suatu hal dengan hal lainnya tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian antara individu atau kelompok pelaksananya.
Setiap saat konflik dapat saja muncul, baik antar individu maupun antarkelompok dalam organisasi. Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Menurut Robbin (1996) , keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.

2.      Teori Stres
Teori stress awalnya digunakan untuk menjelaskan depresi berdasarkan asumsi bahwa gangguan mood adalah respon dari stress.
Campbell dan Klub (1995) menemukan bahwa sres sehari-hari yang diukur dengan Daily Hassles Scales adalah predictor yang paling kuat dalam depresi, lebih kuat dari pada kekerasan sewaktu kecil.
Stress yang berlangsung setiap hari dapat membebani pikiran dan melemahkan daya tahan tubuh terhadap sters. Ketika seseorang tidak dapat lagi bertahan dengan stress yang ada, maka depresi akan muncul.[1]

3.      Teori Trauma
Trauma merupakan akibat dari adanya pengalaman traumatik yang terjadi pada diri seseorang.  Menurut Willey & Sons (2008) trauma  merupakan keadaan yang terjadi akibat peristiwa yang sangat mengejutkan dan menakutkan, bersifat mengancam bahaya fisik atau psikis, bahkan hampir menyebabkan kematian. Supratiknya (1995) menjelaskan bahwa trauma psikologis dapat menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka yang sangat sulit disembuhkan sepenuhnya.
Berdasarkan pemaparan di atas  bahwa trauma merupakan suatu keadaan yang dihasilkan dari pengalaman yang tidak menyenangkan yang mengakibatkan gangguan yang serius pada mental seseorang.

Pada dasarnya, trauma memiliki tiga ciri, yaitu:
            pertama, merupakan hal yang tidak diperkirakan, maksudnya seseorang yang mengalaminya tidak melakukan hal-hal pencegahan terhadap hal tersebut.
Kedua, bukanlah hal yang sudah ditentukan sebelumnya bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan trauma.
Ketiga, merupakan hal yang tidak dapat diramalkan, maksudnya tidak ada yang tahu bagaimana seseorang dapat memberikan reaksi tertentu pada kejadian tersebut (Jealinne, Segal, Dumke 2005).

4.      Teori Frustasi
Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya.
Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan.
Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh.
 Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh individu seperti :
a.        Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.
b.       Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek kehidupan.
c.       Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stres pada individu.
d.      Frustasi bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa negatif dan positif.

B.     Defenisi dan Dinamika Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi
1.      Definisi dan Dinamika Konflik
Konflik atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama.
Konflik dapat dibagi beberapa macam, yaitu:
a.       Pertentangan antara dua hal yang diinginkan, yaitu adanya dua hal yang sama-sama diinginkan. Misalnya seorang gadis yang dipinang oleh dua orang pemuda yang sama-sama baik, atau seorang yang diterima bekerja pada dua kantor yang sama-sama baik jaminannya dan sama-sama menyenangkan. Konflik seperti ini ringan saja, akan hilang kalau orang sudah dapat memilih salah satu diantaranya.
b.      Pertentangan antara dua hal, yang pertama hal yang diinginkan sedangkan yang kedua hal yang tidak diinginkan. Konflik ini terjadi apabila terdapat dua macam keinginan yang bertentangan satu sama lain atau antara dua hal yang menghalangi antara satu dengan yang lainnya. Dari satu segi ingin mencapainya tapi dari segi lain ingin menghindarinya. Misalnya seorang ibu yang ingin anaknya ikut piknik dengan teman sekolah anaknya, tapi dilain pihak ia takut kalau anaknya dapat kecelakaan dijalan.
c.       Pertentangan antara dua hal yang tidak diinginkan, yaitu orang yang menghadapi situasi yang menimbulakan dua hal yang sama-sama tidak disenangi. Misalnya seorang militer yang sedang bertempur di medan perang. Ia ingin tetap hidup (tidak ingin mati) tetapi ia takut akan pengadilan militer, jika ia lari di medan perang.[2]

2.      Definisi dan Dinamika Stres
Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stres dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
            Pada dasarnya, stres adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan ketegangan yang diakibatkan karena stres, disebut strain.

3.      Definisi dan Dinamika Trauma
Trauma adalah cedera fisik atau emosional. Secara medis, “trauma” mengacu pada cedera serius atau kritis, luka, atau syok.
Dalam psikiatri, “trauma” memiliki makna yang berbeda dan mengacu pada pengalaman emosional yang menyakitkan, menyedihkan, atau mengejutkan, yang sering menghasilkan efek mental dan fisik berkelanjutan.
Trauma emosional dan psikologis adalah akibat peristiwa penuh tekanan yang luar biasa yang menggoyahkan rasa aman diri anda, membuat anda tidak berdaya dan rentan terhadap dunia yang berbahaya. Semakin takut dan tidak berdaya yang anda rasakan, kemungkinan semakin anda menjadi traumatis.
Peristiwa penuh tekanan yang memungkinkan menjadi traumatis jika :
•           Terjadinya secara tiba-tiba
•           Anda tidak siap dengan kejadiannya
•           Anda merasa tidak berdaya untuk mencegahnya
•           Terjadi  berulang-ulang
•           Dilakukan seseorang dengan sengaja

4.      Definisi dan Dinamika Frustasi
Frustasi adalah pernyataan sikap seseorang akibat adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutahannya, atau adanya suatu hal yang menghalangi keinginannya. Contohnya seorang anak yang tidak dapat berbuat sekehendak hatinya karena ia harus menaati peraturan orang tuanya. Missal makan, tidur, bermain yang harus dilakukan pada waktu dan tempat tertentu.
Ada berbagai sikap yanngditunjukkan seseorang bila menghadapi rasa frustasinya, orang yang sehat mentalnya dapat menerima frustasi itu untuk sementara, sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan untuk mencapai keinginannya. Sebaliknya ada orang yang tidak mampu menghadapi frustasi itu dengan cara yang wajar. Ia berusa mengatasinya dengan caranya sendiri tanpa memperdulikan keadaan  sekitarnya.[3]

C.     Gejala-gejala Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi
1.      Gejala-gejala Konflik
a.       Kemerosotan standar kerja
b.       Perselisihan
c.        Menghindari kontak social
d.       Suasana tegang
e.        Bersikap berlebihan. Misalnya, terlalu formal dalam bertegur sapa atau berbicara
f.       Tidak sabaran
g.      Moral merosot
h.      Sering menggunakan kata “kita” atau “mereka”

Gejala konflik memiliki beberapa sifat antara lain :
1)       Jelas : Pertengkaran biasa atau perkelahian
2)      Samar-samar : suasana terlalu tenang ( menyindir)
3)      Aktif : kata-kata marah atau suara keras dengan nada keras pula
4)       Pasif : tidak saling bertegur sapa

2.      Gejala-gejala stress
a.       Hilang minat terhadap kegiatan yang disenangi.
b.      Hilang selera makan, yang berujung pada penurunan berat badan
c.        Terlihat lelah, atau kekurangan energi.
d.      Memiliki perasaan tidak berharga dan tidak memiliki harapan
e.        Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya
f.        Tidak mampu berkonsentrasi dan berpikir jernih
g.      Melankolik yang biasanya disertai bangun pagi terlambat dua jam dari biasanya, rasa tidak berdaya dipagi hari dan bergerak lebih lamban
h.      Pusing atau sakit perut

3.      Gejala-gejala trauma
a.       Mengalami kejadian yang buruk dan mengerikan
b.      Sulit tidur dan mudah terbangun
c.       Mimpi buruk terhadap hal kejadian yang mengerikan
d.      .Seperti mengalami kembali peristiwa buruk dan mengerikan
e.       Menghindari tempat, orang, situasi dan hal-hal yang mengingatkan pada peristiwa buruk dan mengerikan.
f.       Mudah Terkejut
g.      .Mudah tersinggung dan marah
h.      Sering teringat pengalaman atau kejadian buruk dan mengerikan
i.        Tidak merasakan emosi apapun
j.        Merasa tidak bersemangat dan tidak mempunyai masa depan
k.      Pemurung
l.        perubahan prilaku dari sebelumnya

4.      Gejala Frustasi
a.       Meremehkan pekerjaan orang lain tanpa bisa membuktikan memang bisa dari pkerjaan yang diremehkan tersebut.
b.      keahlian orang lain tanpa bisa membuktikan memang benar-benar ahli dari orang yang diremehkan keahliannya.
c.       Terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain hingga lupa untuk meningkatkan dirinya sesuai dengan kesibukannya.
d.       Terlalu mengasihi diri sendiri sehingga tidak pernah ada jalan keluar dari semua masalah yang menimpanya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat simpulkan bahwa Konflik adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama.
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang.
Trauma Trauma adalah cedera fisik atau emosional. Secara medis, “trauma” mengacu pada cedera serius atau kritis, luka, atau syok. Dalam psikiatri, “trauma” memiliki makna yang berbeda dan mengacu pada pengalaman emosional yang menyakitkan, menyedihkan, atau mengejutkan, yang sering menghasilkan efek mental dan fisik berkelanjutan.
Frustasi   Frustasi adalah pernyataan sikap seseorang akibat adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutahannya, atau adanya suatu hal yang menghalangi keinginannya.
Dimana masing-masing  konflik, stress, trauma dan frustasi juga terdapat gejala-gejala yang  merupakan kejadian yang lazim bagi manusia dan akan terus dialami oleh manusia selama dia masih hidup di dunia ini.












DAFTAR PUSTAKA
Daradjat Zakiah, Kesehatan Mental, 1996, Jakarta: PT TOKO GUNUNG AGUNG, Cet. 23.
Burhanuddin Yusak, Kesehatan Mental, 1999, Bandung: CV PUSTAKA SETIA,  Cet. 1.
Lubis Namora Lumongga, Depresi Tinjauan Psikologis, 2009, Jakarta: PT Fajar Interpratama, Cet.1.



























[1] Namora Lumongga Lubis, Depresi Tinjauan Psikologis, (Jakarta: PT Fajar Interpratama, 2009)  Hal. 93-94

[2] Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT TOKO GUNUNG AGUNG,  1996), Hal. 26-27

[3] Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA,  1999),  Hal. 55-56

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN "KEPRIBADIAN MENYIMPANG"

TEORI BELAJAR SOSIAL DAN TIRUAN

Translate