PSIKOLOGI PENDIDIKAN ARTI MINAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Belajar adalah
usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan atau menguasai
suatu ilmu pengetahuan. Menurut Rahyubi (2012: 3), belajar memiliki arti dasar
akan adanya aktifitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Belajar
merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktifitas yang dilakukan secara sadar
oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Kualitas
belajar seseorang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperolehnya saat
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Susanto (2013:
5) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan
yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar siswa ini
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu siswa itu sendiri dan lingkungannya. Salah
satu faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah minat belajar
siswa. Susanto (2013: 66) mengatakan, “minat merupakan suatu kekuatan motivasi
yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap sesuatu atau kegiatan
tertentu”. Dengan demikian minat menjadi faktor yang sangat penting untuk membuat
siswa perhatian, fokus dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan masalah
1.
Apa itu minat dan motivasi ?
2.
Mengapa kita mempelajari minat dan motivasi ?
3.
Bagaimana kita memaksimalkan minat dan motivasi ?
4.
Apa hikmah mempelajari minat dan motivasi ?
C. Tujuan
1.
Untuk memenuhi tugas perkuliahan?
2.
Untuk mengetahui minat dan motivasi ?
3.
Untuk mengetahui memaksimalkan minat dan
motivasi ?
4.
Untuk mengetahui minat dan motivasi ?
BAB II
PEBAHASAN
Pengertian Minat
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008: 957), minat berarti “kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan”. Sriyanti (2009: 8), mengemukakan
minat merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan dan berbuat
sesuatu. Syah (2010: 152) juga mengungkapkan bahwa minat itu kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Susanto
(2013: 57-58) berpendapat bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang
terhadap suatu objek, biasanya disertai dengan perasaan senang karena merasa
memiliki kepentingan terhadap sesuatu itu. Minat menurut (Kartawidjaja, 1987:
183) adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari
luar.
Minat
merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan
ketertarikan atau perhatian secara efektif, sehingga menyebabkan dipilihnya
suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan mendatangkan
kepuasan diri.
Menurut
Sardiman (2012: 40) minat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: mengetahui apa yang
akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut untuk dipelajari.
Dengan demikian, minat sangat berhubungan dengan sesuatu yang menarik,
menyenangkan, juga berhubungan dengan kepentingan atau kebutuhan hingga sesuatu
yang dapat memberikan kepuasan pada diri seseorang. Jika hal-hal tersebut
mengalami penurunan atau pengurangan, maka tentunya akan berefek pula kepada
menurunnya minat seseorang.
Hubungan Minat Dengan Belajar
Minat belajar
sebagai salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa mempunyai peranan
yang sangat penting bagu tercapainya prestasi belajar. Singer (1987: 78)
mengemukakan bahwa minat merupakan suatu landasan yang paling menyakinkan demi
keberhasilan suatu proses belajar.
Minat belajar
merupakan suatu perasaan senang dan tertarik pada hal-hal tertentu. Minat dapat
berkembang apabila didukung oleh sarana dan prasarana belajar, dalam hal ini
sarana dan prasarana yang berhubungan dengan proses belajar mengajar mata
pelajaran seni musik. Menurut Sukirin (1986: 77) dikatakan bahwa minat adalah
kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu objek.
Seseorang
yang minatnya besar terhadap suatu hal tertentu ia akan senang mengerjakan hal
tersebut. Hal ini diperkuat oleh Surya Subrata (1968: 9) yang menyatakan minat
merupakan pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek. Hal ini akan
terlihat pada sedikit banyaknya kekuatan yang menyertai suatu aktivitas yang
dilakukan.
Selanjutanya
Marimba (1962: 72) mengatakan minat adalah kecenderungan jiwa pada sesuatu
karena subjek merasa ada suatu kepentingan dengan sesuatu itu yang pada umumnya
disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu. Minat sebagai pendorong
belajar sangat mempengaruhi hasil belajar, adanya minat yang tinggi dapat
mempengaruhi kegiatan belajar yang lebih giat dan bersemangat. Untuk mengetahui
seseorang berminat atas sesuatu objek atau kegiatan atau tidak dapat terlihat
dari hasil usaha individu tersebut dalam melaksanakan kegiatanya.
Menurut Sugiyono
(1990: 15) : “Minat belajar adalah kecenderungan individu untuk menyenangi
suatu objek yang berhubungan dengan proses belajar yang digunakan sebagai objek
perubahan tingkah laku baru sehubungan dengan adanya sangkut paut objek
tersebut terhadap individu yang bersangkutan. Adanya minat yang besar akan
ditandai dengan perasaan senang dan bersemangat dalam melaksanakan aktivitas
tersebut, sebaliknya minat yang kecil ditandai dengan ketidak seriusan dalam
melaksanakan kegiatan”.
Beberapa
uraian dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa minat merupakan pendorong
belajar, hasil belajar juga dipengaruhi olehtinggkat minat individu. Seseorang yang tidak minat
mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Minat
belajar yang rendah akan menyebabkan rendahpula dalam hasil belajar
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Belajar
Salah satu
pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat, terutama minat yang tinggi.
Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat
mempengaruhi munculnya minat. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat
belajar siswa, antara lain digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
intern, dan faktor ekstern. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam
individu (dirinya) seperti faktor, motivasi, bakat, dan cita-cita, sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu (dirinya) seperti
Keluarga, konsep dasar pembelajaran, sekolah, teman pergaulan, guru, lingkungan
dan fasilitas. Muhibbin (2007: 77).
Hal ini juga
dibenarkan dengan beberapa pendapat
1. Motivasi
Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Prayitno
(1989: 10) juga menjelaskan bahwa motivasi ada dua macam yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang keberadaanya disebabkan
oleh pengaruh rangsangan dari luar individu. Motivasi menurut Wlodkowsky (dalam
Prasetya dkk, 1985) merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku
tersebut. Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru menarik minat siswa dan
member tantangan pada siswa Keller (dalam Prasetya, 1997) menyusun
prinsip-prinsip motivasi yaitu:
a. Attention (perhatian)
Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh karena itu rasa
ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga siswa selalu memberikan
perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Agar siswa berminat dan
memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru dapat menyampaikan materi
dan metode secara bervariasi, senantiasa mendorong keterlibatan siswa dalam
proses belajar mengajar.
b. Relevance (relevan)
Relevansi menunjukan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa
menganggap ada yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan
sesuai dengan nilai yang dipengang. Relevansi menunjukan adanya hubungan.
c. Confidence (kepercayaan diri)
Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat
berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Self efficacy adalah keyakinan
pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang
menjadi syarat keberhasilan.
d. Satisfaction (kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan
siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan dipengaruhi oleh
konsekwensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri
siswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat member
penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan \dan sebagainya.
Atkinson (2003: 320) Motivasi dijelaskan sebagai suatu tendensi seseorang untuk
berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih berpengaruh.
2. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Ormrod (2003: 188) yang
mengatakan bahwa ”Learning is a relatively permanent change in behavior due to
experience”. Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai
akibat pengalaman. Nana Sudjana (2002: 29) menyatakan bawa mengajar adalah
suatu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan kegiatan belajar.
Pelaku belajar adalah siswa sedangkan pelaku pengajar adalah guru. Menurut
Cruickshank (1990: 10),
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
empat variabel, yaitu :
a. Variabel guru
Faktor dari variabel guru yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa meliputi tinggkat pendidikan, kemampuan belajar, IQ, dan motivasi.
b. Variabel Konteks
Faktor variabel konteks dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) variabel
siswa yang meliputi: kemampuan, pengetahuan, dan sikap yang telah ada pada diri
siswa. b) variabel sekolah meliputi: iklim keramaian, ukuran sekolah dan
komposisi etnik. c) variabel konteks kelas meliputi: ukuran kelas, buku-buku
yang tersedia dan lingkungan fisik kelas (suhu, cahaya, ukuran ruangan, dan
kebisingan).
c. Variabel proses
Faktor variabel proses pembelajaran yang mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: a) kinerja guru dalam kelas yang
meliputi: kejelasan dalam menyampaikan pelajaran, semangat dalam mengajar. b) perilaku
siswa dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat dibedakan menjadi sikap dan
motivasi belajar siswa.
d. Variabel produk
Variabel produk dibedakan antara hasil jangka pendek (segera) seperti
sikap terhadap mata pelajaran dan perkembangan dalam kecakapan serta hasil
jangka panjang seperti kecakapan profesional atau kecakapan kerja dalam bidang
tertentu.
3. Konsep
dasar Pembelajaran
Pembelajaran menurut Sudjana (2000: 80) merupakan setiap upaya yang
dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Gulo (2004: 80)
mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan system lingkungan
yang mengoptimalkan kegiatan belajar
4. Guru
Menurut Singer (1987: 93) bahwa guru yang berhasil membina kesediaan
belajar murid–muridnya, berarti telah melakukan hal–hal yang terpenting yang
dapat dilakukan demi kepentingan murid–muridnya. Djamarah (2000: 85) merumuskan
peranan guru dalam pembelajaran sebagai berikut :
a. Korektor.
Sebagai korektor gutu berperan menilai dan mengkoreksi semua hasil
belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun di
luar sekolah sehingga pada akhirnya siswa dapat mengetahui.
b. Inspirator
Sebagai inspirator guru harus selalu dapat memberikan inspirasi atau
ilham kepada siswa mengenai cara belajar yang baik
c. Informator
Sebagai informatory guru harus dapat memberikan yang baik dan efektif
mengenai materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum serta
informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Organisator
Sebagai organisator guru berperan untuk mengelola berbagai kegiatan
akademik baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga tercapai
efektivitas dan efisiensi belajar anak didik, diatara berbagai kegiatan
pengelola pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan kondisi dan situasi
sebaik-baiknya sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan
berhasil guna.
e. Motivator
Sebagai motivator guru dituntut untuk mendorong anak didiknya agar
senantiasa memiliki motivasi tinggi dan aktif belajar.
f. Insiator
Sebagai inisiator guru hendaknya dapat menjadi pencetus ide-ide
kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses pembelajaran hendaknya selalu
diperbaiki sehingga dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
g. Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan anak didik dapat belajar secara optimal. Fasilitas yang disediakan
tidak hanya fasilitas fisik seperti ruang kelas yang memadai atau media belajar
yang lengkap, akan tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam
belajar, interaksi guru dengan anak didik yang harmonis, maupun adanya dukungan
penuh guru sehingga anak didik senantiasa memiliki motivasi tinggi dalam
belajar.
h. Pembimbing
Sebagai pembimbing guru hendaknya dapat memberikan bimbingan kepada
anak didiknya dalam menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar. Akhirnya,
diharapkan melalui bimbingan ini anak didik dapat mencapai kemandirian dalam
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
i. Demonstrator
Sebagai demonstrator guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang
diajarkan secara didaktis sehingga anak didik dapat memahami materi yang
dijelaskan guru secara optimal.
j. Pengelola kelas
Sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik
karena kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan siswa dapat memiliki motivasi
tinggi dalam belajar dan pada akhirnya dapat mencapai hasil belajar optimal.
k. Mediator
Sebagai mediator hendaknya guru dapat berperan sebagai penyedia media
dan penengah dalam proses pembelajaran anak didik. Melalui guru, siswa dapat
memperoleh materi pembelajaran dan umpan balik dari hasil belajarnya.
l. Supervisor
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan
menilai secara kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga pada akhirnya
proses pembelajaran dapat optimal.
m. Evaluator
Sebagai evaluator guru dituntut untuk mampu menilai (hasil)
pembelajaran serta proses (jalanya) pembelajaran. Dari proses ini diharapkan
diperoleh umpan balik dari hasi pembelajaran untuk optimalisasi hasil
pembelajaran.
5. Keluarga
Orang Tua adalah yang terdekat dalam keluarga, oleh karena itu keluarga
sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran
(Singer, 1987: 98). Apa yang diberikan keluarga sangat berpengaruh bagi
perkembangan jiwa anak.
6. Teman
Pergaulan
Melalui pergaulan, siswa dapat terpengaruh arah minatnya oleh
teman–temanya, khususnya teman akrab. Khusus bagi remaja pengaruh teman ini
sangat besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan
aktivitas bersama–sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka
alami (Djamarah, 2003: 98). Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh
minatnya. Hal ini ditegaskan pada pendapat yang dikemukakan oleh Crow (1988:
352) bahwa “minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman mereka
dari lingkungan dimana mereka tinggal”.
7. Lingkungan
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat
mendidik, masyarakat tempat bergaul juga tempat bermain sehari–hari dengan
keadaan alam dan iklimnya (Crow, 1988: 307). Menurut Sugono (2008: 831) lingkungan
adalah daerah atau kawasan yang termasuk didalamnya.
8. Cita – Cita
Setiap manusia memiliki cita-cita dalam hidupnya, termaksuk para siswa.
Cita-cita yang mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan cita-cita juga bisa
dikatakan sebagai wujud dari minat seseorang dalam prospek kehidupan di masa
yang akan datang (Hull, 1952: 78).
9. Bakat
Di samping intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang
membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar
kemungkinan berhasilnya usaha itu (Djamarah, 2002: 162). Winkel (2007: 152)
menyatakan bahwa bakat merupakan kemampuan yang menonjol di suatu bidang
tertentu. Munandar (1992: 18) mengartikan bakat sebagai kemampuan bawaan,
sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
10. Fasilitas
Alat atau fasilitas merupakan alat bantu untuk memperlancar
berlangsungnya suatu kegiatan atau pembelajaran. Fasilitas menurut Sugono
(2008: 289), merupakan sarana untuk memperlancar fungsi. Fasilitas yang
mendukung seseorang berkeinginan untuk lebih memanfaatkan keadaan tersebut
sebagai sarana untuk mendukung minatnya.
Motif
Adalah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan
menurut Sartain dalam bukunya Psychology Understanding Of Human Behavior :
Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Banyak
bakat anak tidak berkembang karena tidak
memperolah motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat,
maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula
tidak terduga. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar
Klasifikasi Motif
Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada
dalam diri manusia ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing
:
A. Sertain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut
:
1) Phsysiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat
fisiologis/jasmaniah, seperti haus, lapar seks, dan sebagainya.
2) Social
motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia yang lain
dalam masyarakat. Seperti dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik
( etika ), dan sebagainya.
B. Woodworth mengklasifikasikan motif-motif sebagai berikut :
1) Unlearned motives ( motif-motif pokok yang tidak bisa dipelajari )
ialah motif-motif yang biasa disebut drive (dorongan) timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan/kebutuhan-kebutuhan
dalam tubuh seperti lapar, haus, sakit, dan lain sebagainya yang menimbulkan
dorongan dalam diri untuk minta supaya dipenuhi, atau menjauhkan diri padanya.
Dengan melalui latihan dan kehidupan sehari-hari, maka unlearned
motives pada seseorang makin berkembang dan mengalami perubahan-perubahan
seperti berikut :
a) Tujuan-tujuan dan motif-motif
menjadi lebih mengkhusus.
b) Motif-motif
itu makin berkombinasi menjadi motif-motif yang lebih kompleks.
c) Tujuan-tujuan
perantara, dapat menjadi/berubah menjadi tujuan yang sebenarnya.
d)
Motif-motif itu dapat timbul karena adanya perangsang-perangsang baru (
perangsang buatan ) motif yang dapat berubah menjadi motif bersyarat.
2) Learned motives ( motif-motif pokok yang dapat dipelajari ).
Menurut
Woodworth motif juga dapat di golongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1) Kebutuhan-kebutuhan organis yakni motif yang berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh ( kebutuhan-kebutuhan organis )
seperti lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak dan
beristirahat/tidur dan sebagainya.
2) Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong ( emergency motives )
ialah motif-motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang
cepat dan kuat dari kita, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik kita.
Contoh diwaktu kita sedang asyik belajar, sekonyong-konyong terdengar teriakan
“ Tolong”. Seketika itu kita terdorong untuk keluar rumah dan melakukan sesuat.
3) Motif Obyektif ialah motif yang diarahkan/ditunjukan ke suatu obyek
atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan
dari dalam diri kita menyadarinya. Contoh motif menyelidiki, menggunakan
lingkungan.
Motivasi
Motivasi
adalah “pendorongan”; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Klasifikasi Motivasi
Secara umum
motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu (Prayitno, 1989: 10).
A. Motivasi
Instrinsik
Menurut Priyitno (1989: 11) motivasi
intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor
pendorong dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku individu itu
terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Tetapi individu
bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh tingkah laku dari dalam
dirinya sendiri yang tidak bisa dilihat dari luar. Thornburgh dalam Priyitno
(1989: 10) berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang
disebabkan faktor pendorong dari dalam diri sendiri. Dari definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam individu,
dimana dorongan tersebut menggerakkan individu atau subyek untuk memenuhi
kebutuhan,tanpa perlu dorongan dari luar.
B. Motivasi
ekstrinsik
Sardiman (1990: 90) memberikan definisi motivasi ekstrisik sebagai
motif-motif yang menjadi aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat
dikatakan lebih banyak dikarenakan pengaruh dari luar yang relatif
berubah-ubah.
Motivasi ekstrinsik dapat juga di katakan sebagai bentuk motivasi yang
di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari
luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Sardiman,
1990: 90).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
bermotivasi ekstrinsik melakukan sesuatu kegiatan bukan karena ingin mengetahui
sesuatu, tetapi ingin mendapatkan pujian, hadiah dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ternyata
minat secara langsung mempengarui belajar siswa dan belajar siswa juga dapat
dipengarui beberapa faktor antara lain motivasi, belajar , lingkungan dll
Motivasi Adalah
segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut Sartain dalam bukunya Psychology Understanding Of Human
Behavior Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme
yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang
Motivasi
adalah “pendorongan”; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Saran
Dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik dalam penyajiannya maupun
teknis penyusunannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun senantiasa kami harapkan.
Daftar Pustaka
Alisuf Sabri, M., Drs., Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1995.
Cruickshank.
(1990). Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Komentar
Posting Komentar