KOMPARASI PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA DENGAN AUSTRALIA
KOMPARASI PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA DENGAN AUSTRALIA
1. PENDIDIKAN IPS AUSTRALIA
Pendidikan IPS di Australia dikenal dengan istilah The
Humanities And Social Sciences. Menurut badan kurikulum
Australia The Humanities And Social Sciences merupakan
studi mengenai perilaku manusia dan interaksi sosial budaya dalam kontek
lingkungan, ekonomi dan politik. Pendidikan IPS di negara ini memiliki fokus
utama, mulai dari kontek personal sampai global, dan mempertimbangkan tantangan
di masa yang akan datang.
Pada kurikulum Australia, ranah pembelajaran Pendidikan IPS dikombinasikan
dari empat disiplin: Sejarah, Geografi, Ekonomi dan Bisnis, Kewarganegaraan.
Siswa akan dikembangkan kemampuan bertanya, berpikir kritis, menyelesaikan masalah,
berkomunikasi dengan efektif, membuat keputusan dan beradaptasi dalam
perubahan.
Berpikir dan merespon masalah memaksa mereka untuk memahami kunci
historis, geografis, politis, ekonomi, faktor sosial yang ada dan bagaimana
membedakan hubungan antar faktor itu. Pendidikan IPS menyediakan ruang untuk
memahami dunia tempat tinggal kita dan bagaimana manusia dapat berpartisipasi
secara aktif dan informatif sebagai warga negara dengan keterampilan tinggi
yang dibutuhkan pada abad 21 ini. Pendidikan IPS memiliki peran untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman yang terhubung luas dari berbagai
disiplin ilmu sosial. Pengembang kurikulum IPS Australia mengembangkan ide
kunci sebagai konten Pendidikan IPS disana.
Who we are, who came before us, and traditions and values that have shaped societies
(Siapa
kami, yang datang sebelum kami, dan tradisi serta nilai-nilai yang telah
membentuk masyarakat), Siswa mengeksplorasi identitasnya sendiri, warisan
budaya Australia dan keberagaman budaya, juga identitas negara Australia itu sendiri
di kancah dunia. Mereka kan diuji mengenai tradisi dan berbagi nilai-nilai yang
ada di masyarakat
How societies and economies operate and how they are changing over time (Bagaimana
masyarakat dan ekonomi beroperasi dan bagaimana mereka berubah seiring waktu),
Siswa mempelajari mengenai masyarakat Australia dan masyarakat lain di dunia,
dimasa lalu dan juga saat ini; bagaimana fungsi sosial, budaya, ekonomi dan
politik masyarakat tersebut. Siswa diuji mengembangkan apa yang meraka miliki
mengenai perubahan.
The ways people, places, ideas and events are perceived and connected (Cara orang, tempat, ide, dan peristiwa
dilihat dan dihubungkan), Siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi
perbedaan pandangan manusia, tempat, pikiran, dan peristiwa. Mereka mengembangkan
sebuah pemahaman mengenai kemerdekaan alami didunia ini dan hubungan yang erat
antara lingkungan alami, komunitas manusia, dan ekonomi. Mereka mengeksplorasi
bagaimana manusia, pikiran, dan peristiwa tehubung sepanjang waktu dan terus
meningkat hubungannya di kontek lokal, nasional, regional dan global.
How people exercise their responsibilities, participate in society and make informed
decisions (Bagaimana orang menjalankan tanggung jawab mereka, berpartisipasi
dalam masyarakat dan membuat keputusan yang terinformasi), Siswa
membuktikan bagaimana individu dan kelompok memiliki partispasi dan kontribusi
dalam masyarakat di masa lalu dan masa kini. Mereka membuktikan kebenaran dan
tanggung jawab individu dan kelompok sepanjang waktu dalam kontek yang berbeda.
Mereka mengembangkan sebuah pemahaman yang dibutuhkan dalam membuat
keputusan, yang penting dalam mempertimbangkan dan menjadi informasi dalam
membuat keputusan, prosesnya dan implikasinya terhadap keputusan yang diambil
terhadap diri sendiri, masyarakat, ekonomi dan lingkungan. Kompetensi yang
diharapkan dalam pendidikan IPS di Australia adalah keterampilan yang dapat
terlihat dalam kemampuan: bertanya, meneliti,
menganalisis, mengevaluasi dan berkomunikasi. Siswa mengaplikasikan keterampilan
ini untuk menginvestigasi peristiwa, pembangunan, masalah dan fenomena, secara
historis dan saat ini.
a. Questioning
Students develop questions about events, developments, issues and/or phenomena.
(Siswa mengembangkan pertanyaan
tentang peristiwa, perkembangan, masalah dan / atau fenomena.)
b. Researching
Students collect and organise information, evidence and/or data from primary and
secondary sources. (Siswa
mengumpulkan dan mengatur informasi, bukti dan / atau data dari sumber primer
dan sekunder)
c. Analysing
Students interpret and analyse information, evidence and data to identify key
points, points of view, perceptions and interpretations. They identify
the purpose and intent of sources and determine their accuracy and
reliability. (Siswa menafsirkan
dan menganalisis informasi, bukti dan data untuk mengidentifikasi poin-poin
penting, sudut pandang, persepsi dan interpretasi. Mereka mengidentifikasi maksud
dan tujuan sumber serta menentukan akurasi dan keandalannya.)
d. Evaluating
Students draw evidence-based conclusions; propose explanations for events,
developments, issues and/or phenomena; and suggest courses of action in
response to an issue or problem. (Siswa
menarik kesimpulan berbasis bukti; mengusulkan penjelasan peristiwa,
perkembangan, isu dan / atau fenomena; dan menyarankan tindakan dalam
menanggapi suatu masalah atau masalah.)
e. Communicating
Students present findings in appropriate forms for different audiences and
purposes using subject-specificterminology. (Siswa mempresentasikan temuan
dalam bentuk yang sesuai untuk khalayak dan tujuan yang berbeda menggunakan
terminologi khusus subjek)
Keterampilan diatas merupakan keterampilan yang diharapkan mampu dimiliki
oleh siswa di Australia setelah mengikuti Pendidikan IPS. Kompetensi yang
disebutkan merupakan sebuah kerangka dalam proses berpikir kritis. Siswa
diharapkan mampu memiliki rasa ingin tahu dengan bertanya dalam setiap
peristiwa atau fenomena yang terjadi.
Siswa juga perlu memiliki kemampuan dalam mencari dan memilih fakta dan
data agar mampu menyelesaikan masalah dengan data yang baik. Pada akhirnya siswa
akan mampu mengkomunikasikan apa yang mereka miliki kepada berbagai jenis
orang. Konsep kurikulum dan Pembelajaran IPS atau Human Society and Its
Environment (HSIE) di Negara Australia.
f.
HSIE di Sekolah Dasar
Human Society and Its Environments adalah nama lain dari
Mata pelajaran IPS yang diajarkan di Primary Schools di NSW.
Silabus HSIE yang berlaku sekarang ini merupakan pengganti kurikulum
sebelumnya, Investigating Social Studies (K-6) Curriculum Policy Statement
(1982) dan kurikulum General Religious and Moral Education
Curriculum for Primary School (1964).
Pelajaran HSIE adalah mata pelajaran yang mampu mengarahkan murid untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, keahlian, ketrampilan, nilai-nilai dan
perilaku tentang manusia dan lingkungan social maupun lingkungan fisik.
Pada tingkatan pendidikan dasar, silabus selalu terbagi dari 4 strandar:
(a) Change and continuity (Perubahan dan kesinambungan),
(b) Culture (budaya), (c) Enviroment (lingkungan)
dan (d) Social System and Structure (stuktur dan sistem
sosial).
Melalui pembelajaran silabus ini anak didik akan mendapatkan pengetahuan
dan pemahaman tentang sejarah dan geografi Australia, orang-orang yang hidup di
dalammya, kebudayaannya, ekonomi dan kehidupan politik. Disamping itu siswa
juga belajar tentang pengaruh Australia dan Eropa di dunia, kehidupan suku aborigin
dan sejarah modern Australia, pengaruh Negara di kawasan Asia Pasifik dan dunia
serta budaya-budaya lain dari seluruh penjuru dunia.
Pengembangan nilai-nilai dan tingkah laku menjadi point penting pembelajaran
dan pengajaran HSIE karena hal ini berkaitan dengan keadilan social, pemahaman
antar budaya, keseimbangan ekosistem, proses demokrasi, kepercayaan agama dan
moral. Pendidikan moral dan pendidikan agama dibentuk melalui
penafsiran-penafsiran nilai-nilai tingkah laku pendidikan keagamaan secara
general atau biasa dikenal the ethic education.
Silabus HSIE juga membuat siswa mengerti peran-peran agama dan spiritualitas
dalam kelompok masyarakat dan pada kehidupan para individu. Kandungan dari
silabus ini inklusif pada semua siswa di bangku SD, disusun untuk segala jenis
gender, suku, berbeda kewarganegaraan, multi budaya dan lingkungan kerja maupun
berbeda pandangan secara global. Yang lebih unik lagi HSIE menekankan unsur
study of Asia dan mengenalkan siswa untuk mendukung rekonsiliasi antara orang-orang
Aborigin dengan orang-orang non aborigin di Australia.
Rasionalitas dari pemilihan
topik-topik yang diajarkan dalam pelajaran HSIE di SD ini didasarkan bahwa masa
depan keberadaan masyarakat dan lingkungannya tergantung pada kualitas
interaksi antar manusia dengan kebudayaan dan lingkungan mereka baik fisik
maupun sosial. Diharapkan dari pelajaran HSIE siswa mendapatkan pemahaman-pemahaman
tentang perubahan dan kesinambungan, budaya, lingkungan dan struktur serta
sistem sosial yang bersentuhan dalam kehidupan keseharian mereka.
Pengetahuan dasar-dasar ini memberikan pondasi untuk belajar tentang
sejarah Australia dan dunia, geografi dan hukum, antropologi dan studi
lingkungan, ekonomi, dan pendidikan kewarganegaraan. Focus dalam silabus HSIE
di SD pada peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh sejarah Australia hanya mencakup
pada jaman Federasi tahun 1901. Sementara pembelajaran tentang peristiwa dan dampak-dampaknya
sampai masa kini akan diajarkan di pendidikan menengah (Kelas 7-10)
g. HSIE di High School
Pendidikan High School di Australia dimulai dengan
kelas 7 atau di Indonesia setingkat dengan tahun pertama di bangku SMP
dan High school terdiri dari dua bagian School
Certificate (Kelas 7-10) dan High School Certificate (Kelas
11-12). Pelajaran yang diajarkan di School Certificate adalah English,
Mathematics, Human Society and Its Environments, Languages dan Technological
and Applied Studies. Sedangkan HSIE sendiri dibagi lagi menjadi beberapa
bidang studi: (a) Aboriginal Studies (b) Commerce, (c) Geography,
(d) History dan (e) Work education. silabus- silabus bidang studi di atas
sekarang diterapkan sejak tahun 2004.
Semua sekolah menengah di Australia harus memenuhi ketentuan yang
digariskan dalam silabus tersebut. Konsep dalam pembelajaran IPS di Australia
disebut dengan HSIE atau dengan nama lain Human Society and Its
Environments yang diajarkan di Primary Schools di
Australia. Silabus yang dipergunakan adalah silabus dari kurikulum yang
sebelumnya yaitu Investigating Social Studies (K-6), Curriculum
Policy Statement (1982) dan kurikulum General Religious and
Moral Education Curriculum for Primary School (1964).
Pelajaran HSIE adalah mata pelajaran yang mampu mengarahkan siswanya
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, keahlian, ketrampilan, nilai-nilai dan
perilaku tentang manusia dan lingkungan sosialnya maupun lingkungan fisiknya.
Pada tingkatan pendidikan dasar, silabus selalu terbagi dari 4 strands:
(a) Change and continuity (Perubahan dan kesinambungan), (b) Culture (budaya),
(c) Enviroment (lingkungan) dan (d) Social System and
Structure (stuktur dan sistem sosial).
Melalui pembelajaran silabus ini siswa akan mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang sejarah dan geografi Australia, orang-orang yang hidup di
dalammya, kebudayaannya, ekonomi dan yang terkait dengan kehidupan politik. Disamping
itu siswa juga belajar tentang pengaruh Australia dan Eropa di dunia, kehidupan
suku dan sejarah perubahan tentang Australia, dan juga budaya budaya luar yang mempengaruhi
budaya asli yang ada di Australia dan lain sebagainya.
Dan juga pengembangan nilai-nilai dan tingkah laku menjadi nilai
terpenting dalam pembelajaran dan pengajaran HSIE karena hal ini berkaitan dengan
keadilan sosial, pemahaman antar budaya dan suku, keseimbangan ekosistem,
proses demokrasi dan hak juga kewajiban setiap manusia, dan suatu kepercayaan
pada agama dan juga moral setiap manusia. Silabus HSIE dibuat juga pemahaman
tentang agama dan spiritualnya pada si anak. Agar si anak juga mengerti dan
juga memahami kepercayaan yang ada pada diri si anak.
2. PENDIDIKAN IPS INDONESIA
Pendidikan IPS pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan
penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora,
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan, sedangkan menurut versi FPIPS
dan jurusan Pendidikan IPS, merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial
dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang disajikan dan diorganisasikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan menurut Somantri, 2001:92
Di Indonesia pengorganisasian materi IPS tingkat SD sejak kurikulum 1968,
1975, 1984, dan 1994 umumnya menganut pendekatan “lingkungan/ masyarakat yang semakin
meluas”. Misalnya di kelas I disajikan tentang rumah, RT, dan RW; kelas II
lingkungan kecamatan; kelas III lingkungan kabupaten; kelas IV lingkungan
provinsi; kelas V lingkungan Indonesia dan dunia; kelas VI lingkungan Indonesia
tuntas disajikan dan materi dunia internasional.
Pada kurikulum SD yang disempurnakan berdasarkan suplemen tahun 1999
disebutkan bahwa ruang lingkup pengajaran pengetahuan sosial meliputi hal-hal
yang berkaitan dengan: (1) keluarga; (2) wilayah sekitar; (3) wilayah provinsi;
(4) pemerintah daerah; (5) negara Republik Indonesia; (6) pengenalan kawasan
dunia; dan (7) kegiatan ekonomi. Sedang ruang lingkup pengajaran sejarah
meliputi: (1) kerajaan-kerajaan di Indonesia; (2) tokoh dan peristiwa; (3)
Indonesia pada zaman penjajahan; serta (4) beberapa peristiwa penting masa
kemerdekaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Pengertian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai berikut : Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang
SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang
cinta damai
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006, tujuan Mata Pelajaran IPS adalah agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006, ruang
lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Manusia,
Tempat, dan Lingkungan. 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. 3) Sistem
Sosial dan Budaya 4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Posisi IPS dipertegas
dalam PP 19 Tahun 2005, Pasal 7 ayat 3 : Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB/Paket A, dan Pasal 7 ayat 4:
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, Pasal 70 ayat 2 dan 4 : Pada program paket A, Ujian Nasional
mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan Permendikbud
No. 67 Tahun 2013, menyatakan bahwa IPS di kelas 1,2, dan 3 tidak diajarkan
secara mandiri namun terintegrasi secara tematik dengan mata pelajaran agama dan
budi pekerti, pancasila dan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan matematika.
IPS di kelas 4, 5 dan 6 diajarkan secara mandiri dengan masing-masing 3
jam pelajaran setiap minggu. IPS di SMA tidak diajarkan, melainkan sudah
berdiri sendiri dari ilmu-ilmu pembentuknya misalnya geografi, sejarah,
sosiologi, ekonomi, Perubahan kurikulum pendidikan IPS di Indonesia terus
dilakukan dan pada kurikulum 2013 ini hanya dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan
dari kurikulum 2006. Pada kurikulum 2013, tujuan pendidikan IPS tercermin dari
komptensi inti dan kompetensi dasar sebagai berikut:
Kompetensi
Dasar (Kelompok 3) Kelas 4, 5 dan 6 Kompetensi
Dasar |
||
Kelas
4 |
Kelas
5 |
Kelas
6 |
3.1 Mengenal manusia, aspek keruangan,
konektivitas antar ruang, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu, sosial,
ekonomi, dan pendidikan 3.2 Memahami
manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara, Hindu
Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan 3.3 Memahami manusia dalam hubungannya
dengan kondisi geografis disekitarnya 3.4 Memahami kehidupan manusia dalam
kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya di masyarakat sekitar 3.5 Memahami
manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan
ekonomi |
3.1 Memahami aktivitas dan perubahankehidupan
manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan
keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya
dalam lingkup nasional 3.2 Mengenal perubahan dan keberlanjutan
yang terjadi dalam kehidupan manusia dan
masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan
serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya 3.3 Memahami manusia dalam hubungannya
dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia 3.4 Memahami manusia Indonesia dalam
aktivitas yang yang terkait dengan fungsi dan peran kelembagaan sosial,
ekonomi dan budaya, dalam masyarakat Indonesia 3.5 Memahami
manusia Indonesia dalam bentuk bentuk dan sifat dinamika interaksi dengan
lingkungan alam, sosial, budaya, dan
ekonomi |
3.1. Mengemukakan keragaman aspek keruangan
dan konektivitas antar ruang, waktu, perubahan dan keberlanjutan kehidupan
manusia dalam aspek sosial,ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam masyarakat
Indonesia 3.2 Menunjukkan pemahaman sebab dan akibat terjadinya
perubahan masyarakat Indonesia dari masa pergerakan kemerdekaan sampai dengan
awal reformasi dalam kehidupan berpolitik, berkebangsaan, dan bernegara 3.3 Memahami keterkaitan manusia dalam
hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia serta pengaruhnya
bagi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya 3.4 Menelaah manfaat kelembagaan politik,
sosial, ekonomi dan budaya bagi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia 3.5 Menelaah
landasan dari dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial,
budaya, dan ekonomi |
Kompetensi
Dasar (Kelompok 3) Kelas 7, 8 dan 9 Kompetensi
Dasar |
||
Kelas 7 |
Kelas 8 |
Kelas 9 |
3.1 Memahami aspek
keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu dalam lingkup regional serta
perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan dan politik) 3.2 Memahami
Perubahan masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa hindu buddha dan
masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan dan politik 3.3. Memahami
jenis- jenis kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat 3.4 Memahami
pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya,
dan ekonomi |
3.1 Memahami aspek
keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu dalam lingkup nasional serta
perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan dan politik) 3.2 Mendeskripsikan
perubahan masyarakat Indonesia pada masa
penjajahan dan tumbuhnya semangat kebangsaan serta perubahan dalam aspek
geografis, ekonomi, budaya, pendidikan dan politik 3.3 Mendiskripsikan
fungsi dan peran kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam
masyarakat 3.4 Mendeskripsikan bentuk-bentuk dan
sifat dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan
ekonomi |
3.1 Menerapkan
aspek keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu dalam mewujudkan
kesatuan wilayah Nusantara yang mencakup perubahan dan keberlanjutan
kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan politik 3.2 Menelaah
perubahan masyarakat Indonesia dari masa pergerakan kemerdekaan sampai dengan
awal reformasi dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan dan politik
dalam wawasan kebangsaan 3.3 Membandingkan
manfaat kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara 3.4 Membandingkan landasan dari
dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan
ekonomi |
3. PERBANDINGAN IPS
DI INDONESIA DAN AUSTRALIA
Mata pelajaran IPS SMP di
Indonesia dan Australia pada dasarnya memiliki tujuan sama, yakni membentuk
warga negara yang baik, membantu peserta didik memecahkan masalah, dan
menumbuhkan kebanggaan akan budaya bangsa. Di New South Wales Australia, nama
mata pelajaran IPS di pendidikan dasar adalah HSIE (Human Society and Its
Environments) yang menekankan pada
pengembangan nilai-nilai dan tingkah laku peserta didik.
Demikian ditegaskan guru IPS dari sekolah private New South Wales Yusdi
Maksum M, Ed. dalam Seminar Nasional Hima Pendidikan IPS FISE UNY kemarin
(30/12) di Ruang Ki Hajar Dewantara FISE UNY. Menurut Yusdi, yang pernah
mengajar di sekolah Indonesia yang membedakan dalam pembelajaran IPS terutama adalah dalam implementasi
pembelajaran di kelas.
“Pembelajaran IPS di NSW tidak terlalu banyak materi, tetapi lebih mengedepankan
strategi pemecahan masalah. Hal ini berbeda dengan di Indonesia yang terlalu
sarat materi” tegas alumni UNY yang telah menetap di Australia ini. Pernyataan
tersebut dibenarkan pembicara lain Saliman M, Pd. Menurut Saliman kurikulum
pendidikan IPS di Indonesia masih sarat dengan muatan materi, akibatnya guru
kurang mampu mengembangkan pembelajaran IPS yang variatif. Hal ini ditambah
jumlah jam mengajar guru tidak sebanding dengan materi yang harus dibelajarkan.
Selain perbedaan strategi pembelajaran, pembelajaran IPS di Indonesia
dan Australia juga berbeda dari teknik penilaian yang digunakan. Di Indonesia
penilaian masih mengacu pada angka-angka sebagai simbol keberhasilan belajar
peserta didik, sementara di Australia, penilaian laporan kemajuan peserta didik
lebih menekankan pada proses yang telah dilakukan peserta didik dalam mencapai
kompetensi, Di Indonesia lebih menekankan hasil, di Australia menekankan pada
proses. Filosofi yang digunakan Australia adalah bahwa setiap peserta didik
yang belajar pasti mengalami kemajuan” tegas Yusdi.
Senada dengan Yusdi, Saliman juga menilai bahwa salah satu kegagalan
pendidikan IPS di Indonesia adalah penilaian pembelajaran masih mengedepankan
angka dan paper and pencil terst. Idealnya kalau pendidikan IPS dicanangkan
sebagai pendidikan karakter, hendaknya penilaian lebih menekankan pada sikap
peserta didik, tegas Ketua Prodi Pendidikan IPS ini. Menyikapi tentang
penilaian IPS, kedua pembicara sepakat menolak wacana Pendidikan IPS di Ujian
Nasional-kan. Kalau IPS di-UAN-kan kita semakin khawatir bahwa IPS hanya
pelajaran hapalan. tegas Saliman.
Sebagai perbandingan, konsep UAN di Indonesia dan Australia
berbeda, Di Australi Ujian Nasional memang ada untuk mata
pelajaran Matematika dan bahasa. Tetapi bukan sebagai penentu kelulusan, hanya
untuk mengukur peringkat sekolah saja, tegas Yusdi. Salah satu rekomendasi
Seminar Nasional adalah agar Pemerintah tidak menjadikan Ujian Nasional sebagai
penentu kelulusan peserta didik.
Perbedaan lain pendidikan IPS di Indonesia dan Australia adalah proses
rekruitmen guru. NSW telah memiliki 7 standar guru profesional yang benar-benar
dilaksanakan secara ketat. Hal ini tentu berbeda dengan Indonesia, apalagi
proses sertifikasi guru saat ini yang lebih mengedepankan persyaratan administratif
daripada kompetensi. Tegas Saliman dihadapan 200 peserta dari DIY dan beberapa
provinsi di Indonesia.
4. HASIL PEMBAHASAN
Dari pemaparan diatas sebenarnya pendidikan IPS di Indonesia ataupun di Australia
sebenarnya tidak jauh berbeda, dari segi tujuan sama-sama memilki tujuan
meciptakan warga negara yang baik, dari item kurikulum juga tidak jauh berbeda
namun kurikulum IPS Australia, hanya saja kurikulum ips di Australia lebih
menitik beratkan pada proses daripada hasil, agar mampu mengarahkan siswanya
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, keahlian, ketrampilan, nilai-nilai
dan perilaku tentang manusia dan lingkungan sosialnya maupun lingkungan
fisiknya.
Namun saat kegiatan belajar IPS di Indonesia lebih banyak materi bukan
praktek dilapangan, tetapi kegiatan belajar IPS di Australia lebih banyak untuk
praktek memecahkan masalah, Serta dalam
rektrutmen guru Australia memiliki standar
yang ketat dalam seleksinya
5. REKOMENDASI YANG BISA
DITERAPKAN
a.
Perbaikan proses belajar yang tidak terlalu tekstual
namun lebih aplikatif seperti yang dilakukan di autralia
b.
Tidak menitik beratkan hasil namun proses pada saat
kegiatan belajar
c.
Peningkatan kopetensi guru IPS serta menaikan standar
pengajar dalam proses belajar
DAFTAR PUSTAKA
Rojuli, S. (2017) Anotasi Kurikulum Pembelajaran
Pendidikan IPS 5 Benua 67 Negara. Malang: Dream Litera Buana.
http://fis.uny.ac.id/berita/berbeda-pelajaran-ips-di-indonesia-dan-australia.html
Komentar
Posting Komentar