PENYELENGGARAAN JENAZAH
A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa
setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang tidak pernah diketahui kapan
waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada
derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah
meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang
yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya
yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika
seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang
muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan,
mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.
Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan
dalam penjelasan berikut ini.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian
jenazah.?
2. Bagaimana tatacara
memandikan jenazah.?
3. Siapa yang berhak
memandikan jenazah.?
4. Bagaimana tatacara
mengkafani jenazah.?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
jenazah.?
2. Untuk mengetahui tatacara
memandikan jenazah.?
3. Untuk mengetahui tatacara
mengkafani jenaza.?
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Jenazah
Kata jenazah
bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan menjadi turunan
dari isim mashdar yang diambil dari fi’il madhi janaza-yajnizu-janazatan
wa jinazatan. Bila huruf jim dibaca fathah (janazatan,kata
ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun bila huruf jimnya
dibaca kasrah, maka kata ini berarti orang yang mengantuk.
Lebih jauh,
jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan jenazah sebagai
orang yang telah meninggal yang diletakkan dalm usungan dan hendak dibawa ke
kubur untuk dimakamkan.
B. Hal-hal yang harus dilakukan sesudah
meninggal
apabila seseorang meninggal, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Hendaklah dipejamkan
(ditutupkan) matanya, menyebut kebaikan, mendoakan, meminta ampun atas dosanya.
2. Hendakalh ditutup seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan
kepadanya dan supaya tidak terbuka ‘auratnya.
3.Tidak ada halangan untuk mencium mayat bagi keluarganya atau
sahabat-sahabatnya yang sangat sayang dan berdukacita sebab matinya.
4. Ahli mayat yang mampu hendaklah dengan segera membayar utang si mayat
jika ia berutang, baik dibayar dari harta peninggalannya atau dari pertolongan
keluarga sendiri.
C. Memandikan jenazah
Setiap orang
muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih
dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum
memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah.
Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi
jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh
mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini
terdapat dalam sebuah hadits Rasulullah saw. Yakninya:
عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا لله
عليه و سلم قا ل: فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فما ت ا غسلو ه بما ء و سد ر (رواه ا
لبخرو مسلم)
“dari Ibnu
Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah tentang orang yang jatuh dari kendaraannya
lalu mati, “mandikanlah air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Syarat bagi orang yang memanddikan jenazah:
1. Muslim, berakal, dan baligh
2. Berniat memandikan jenazah
3. Jujur dan sholeh
4. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikan
sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutup aib si mayat.
Mayat
yang wajib dimandikan:
1. Mayat seorang muslim bukan kafir
2. bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah
meninggaltidak dimandikan
3. ada sebagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
4. bukan mayat yang mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela
agama Allah)
D. Hal-hal yang harus dipersiapkan
sebelum memandikan jenazah
Siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan
mandinya, sepert:
1. tempat
memandikan pada ruangan tertutup.
2. ember, gayung,
dan air.
3. kapas.
4. kapur barus.
5. daun bidara/
sidr.
6. kaos tangan dan
sarung tangan kain sesuai dengan jumlah petugas yang memandikan.
7. Kain penutup
mayat 5-6.
8. Handuk.
9. Sabun (lebih
baik cair), shampoo, cutton buds.
10. Minyak wangi.
11. Tempat sampah
untuk membuang kotoran
12. Kafan
yang menyesuaikan keadaan dan jenis kelamin jenazah.
Sebelum
memandikan jenazah ada baiknya kita memenuhi aturan sebelum memandikan jenazah
yaitu:
1.Mengikat kepala mayit.
2.Meletakkan kedua tangan diaatas perut (seperti orang yang melakukan
shalat).
3.Mengikat dan menyatukan persendian lutut.
4.Menyatukan kedua ibu jari kaki.
5. Menghadpkan mayyit kearah kiblat.
E. Tatacara memandikan jenazah
Pada
mulanya kita sediakan air sebanyak mungkin, air kapur barus, dan sabun, kain.
Kemudian lakukan bacaan niat, ketentuan bacaan niat yaitu:
1.Jika mayat laki-laki dewasa, lafadz niatnya adalah:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit fardhal kifaayati lillaahita’ala).
2.Jika mayat perempuan dewasa:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyitati fardhal kifaayati lillaahita’ala)
3.Jika mayat kanak-kanak laki-laki:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tifli fardhal kifaayati lillahita’ala)
4.Jika mayat kanak-kanak perempuan:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tiflati fardhal kifaayati
lillahita’ala)
5. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,
gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudian siramkan.
6. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh
jenazah.
7. Setelah itu dudukkan mayit dan tekan-tekan perut, agar kotoran dalam
perut keluar. Dan bersihkan dubur mayit dengan niat istinja’ bagi mayit. Bacaan
niat: nawaitul istinjaa-i minal mayyit frdhan ‘alayya
lillahita’ala. Dan ketika membersihkan “auratnya”, hendaklah tangan
orang yang memandikan dilapisi dengan kain, karena menyentuh aurat itu hukumnya
haram.
8. Kemudian ambilkan wudhu bagi simayit, dengan bacaan niat: (nawaitul
wudhu-a lihaadzal mayyit lillaahita’ala).
9. Setelah itu hendaklah dimandikan tiga kali dengan air sabun atau
dengan air bidara, dengan memulainya bagian yang kanan. Dan seandainya tiga
kali tidak cukup, misalnya belum bersih maka hendaklah dilebihinya menjadi lima
atau tujuh kali. Rasulullah SAW bersabda:
اغسلنهاوتراًّ :ثلاثاً او خمسًا او سبعا : اواكثر من ذلك ان رايتنّ
“mandikanlah jenazah-jenazah itu
secara (hitungan) ganjil, tiga, lima, tujuh kali. Atau boleh lebih jika kau
pandang perlu”.
10. Jika telah selesai memandikan mayat, hendaklah tubuhnya dikeringkan
dengan kain atau handuk yang bersih, agar kain kafannya tidak basah, lalu
ditaruh, diatas minyak wangi. tetapi kalau mayit meninggal ketika sedang ihram,
maka harus dimandikan seperti biasa tanpa dikenai kafur atau lainnya yang
berbau harum.
F.
Yang
berhak memandikan jenazah
Kalau mayat itu
laki-laki, hendaklah yang meamandikannya laki-laki pula, tidak boleh perempuan
memandikan mayat laki-laki kecuali istri dan muhrimnya. Sebaliknya jika mayat
itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula, tidak boleh laki-laki
memandikan perempuan kecuali suami dan muhrimnya.
Jika suami dan
muhrim sama-sama ada, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya, begitu juga
jika istri dan muhrim sama-sama ada, maka istri lebih berhak untuk memandikan
suaminya.
Bila meninggal
seorang perempuan, dan ditempat itu tidak ada perempuan, suami, atau muhrimnya
pun tidak ada, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja., idak dimandikan
oleh laki-laki yang lain. Begitu juga jika meninggal seorang laki-laki,
sedangkan disana tidak ada laki-laki, istri atau muhrimnya, maka mayat itu
hendaklah ditayammumkan saja. Kalau mayat kanak-kanak laki-laki, maka boleh
perempuan memandikannya, begitu juga kalau mayat kanak-kanak perempuan, boleh
pula laki-laki memandikannya.
Jika ada
beberapa orang yang berhak yang memandikan, maka yang lebih berhak ialah
keluarga yang terdekat kepada mayat kalau ia mengetahui akan kewajiban mandi
serta dipercayai. Kalau tidak, berpindahlah hak kepada yang lebih jauh yang
berpengetahuan serta amanah (dipercayai).
G. Mengkafani jenazah
Mengkafani jenazah
adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi
tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan
mati syahid adalah fardhu kifayah. Kafan diambilkan dari harta si mayat sendiri jika ia
meninggalkan harta, kalau ia tidak meninggalkan harta, maka kafannya wajib atas
orang yang wajib memberi belanjananya ketika ia hidup.
Kalau yang wajib
memberi belanja itu tidak pula mampu, hendaklah diambilkan dari baitul mal, dan
diatur menurut hukum agama islam. Jika baitul mal tidak ada atau tidak teratur,
maka wajib atas orang muslim yang mampu. Demikian pula belanja lain-lain yang
bersangkutan dengan keperluan mayat.
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
1.Kain kafan yang digunakan hendaknya
kain kafan yang bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh mayat.
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
Jumlah kain
kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis kain, tiap-tiap lapis menutupi
sekalian badannya. Sebagian ulama berpendapat, satu dari tiga lapis itu
hendaklah izar (kain mandi), dua lapis menutupi sekalian badannya.
Cara mengafani:
1.Dihamparkan
sehelai-sehelai dan ditaburkan diatas tiap-tiap lapis itu harum-haruman seperti
kapur barus dan sebagainya.
2.Lantas mayat
diletakkan diatasnya sesudah diberi kapur barus dan sebagainya. Kedua tangannya
diletakkan diatas dadanya, tangan kanan diatas tangan kiri, atau kedua tangan
itu diluruskan menurut lambungnya (rusuknya).
3.Tutuplah
lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4.Selimutkan
kain kafan sebelah kanan paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri.
Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selmbar dengan cara yang lembut.
5.Ikatlah dengan
tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.
Untuk kain kafan mayat perempuan terdiri dari 5 lembar kain kafan, yaitu
terdiri dari:
1.Lembar pertama berfungsi untuk
menutupi seluruh badan.
2. Lembar kedua berfungsi sebagai
kerudung kepala.
3.Lembar ketiga berfungsi sebagai
baju kurung.
4.Lembar keempat berfungsi sebagai
untuk menutup pinggang hingga kaki.
5. Lembar kelima berfungsi untuk
menutup pinggul dan paha.
Cara mengafani:
1.Susunlah kain
kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib.
2. Angkatlah
jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar,
serta taaburi dengan wangi-wangian atau kapur barus.
3. Tutuplah
lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4. Tutupkan kain
pembungkus pada kedua pahanya.
5. Pakaikan
sarung.
6. Pakaikan baju
kurung.
7. Dandani
rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
8. Pakaikan
kerudung.
9.Membungkus
dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan
kanan lalu digulungkan kedalam.
10. Ikat dengan
tali pengikat yang telah disiapkan.
H. Membaikkan pemakaian kain kafan
Kafan yang baik maksudnya baik sifatnya dan baik cara memakainya, serta
terbuat dari bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah diterangkan, yaitu kain yang
putih, begitu pula cara memakaikannya dengan baik. Adapun baik yang tersangkut dengan
dasar kain ialah, jangan sampai berlebih-lebihan memilih dasar kain yang
mahal-mahal harganya. Sabda rasulullah saw:
عن على بن ابى طالب قال رسول الله صلى
الهه عليه وسلم: لاتغالوافى الكفن فانه يسلب سريعا. رواه أبوداود
Dari ‘ali bin abi thalib: “Berkata
Rasulullah saw: Janganlah kamu berlebih-lebihan memilih kain yang mahal-mahal
untu kafan, karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan seegera.
I.
Tata Cara Shalat
Jenazah
a. Imam berdiri di
depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki. Jika mayat perempuan,
imam berdiri setentang pinggangnya.
b. Makmum berdiri di
belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih banyak lebih utama. Jika jama’ahnya
sedikit, usahakan menjadi tiga saf. Karena Rasulullah Saw. telah bersabda, yang
artinya : “Apabila seorang mukmin mati
dan dishalatkan oleh sekelompok kaum muslimin hingga tiga saf, maka dosa-dosa
si mayat diampuni”. (HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai)
c.
Setelah saf teratur,
d.
Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
1.Untuk
seorang mayit laki-laki
أُصَلِّى
عَلىٰ هَذٰا الْمَيِّتِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةٍ ِللهِ تَعَالىٰ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit
ini”
2.
Untuk seorang mayit perempuan
أُصَلىِّ
عَلىٰ هٰذِهِ الْمَيِّتَةِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةٍ ِللهِ تَعَالىٰ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit
ini”
3.
Untuk seorang mayit anak laki-laki
أُصَلىِّ
عَلىٰ هَذٰا الْمَيِّتِ الطِّفْلِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةٍ ِللهِ
تَعَالىٰ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit
ini”
4.
Untuk seorang mayit anak perempuan
أُصَلِّى
عَلىٰ هٰذِهِ الْمَيِّتَةِ الطِّفْلَةِ أََرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةٍ
ِللهِ تَعَالىٰ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit
ini”
5. Untuk dua orang mayit
أُصَلِّى
عَلىٰ هٰذَيْنِ الْمَيِّتَيْنِ أََرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةٍ ِللهِ
تَعَالىٰ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada
orang-orang mati ini”.
6.
Untuk mayit yang banyak
أُصَلىِّ
عَلىٰ مَنْ حَضَرَ مِنْ أَمْوَاتِ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ
كِفَايَةٍ ِللهِ تَعَالىٰ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada
orang-orang mati ini”.
e.
Lafadz Takbir “Allah Maha Besar” Takbir empat kali.
1.Takbir
Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
2.
Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىٰ إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلىٰ آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَ بَارِكْ عَلىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلىٰ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىٰ آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ0
3. Sesudah
takbir ketiga membaca :
Untuk
Laki-laki: الَلّهُمَّ اغْفِرْلَهُ
وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
Untuk
Perempuan: الَلّهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ
عَنْهَا
Lebih sempurnanya
ditambah dengan :
وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ
وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ
مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ
وَابْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وِاَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ
وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
Jika mayit anak kecil
ditambah dengan do’a :
اَللّهَمَّ اجْعَلْهُ
(هاَ) لَهُمَافََرَطًا وَاجْعَلْهُ (هاَ) لَهُماَ سَلَفًا وَاجْعَلْهُ (هاَ)
لَهُمَا ذُخْرًا وَثَقِّلْ بِه (هاَ) مَوَازِنَهُمَا وَأَفْرِغِ الصَّبْرَعَلىٰ
قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا بَعْدَه ُ(هاَ) وَلاَ تَحْرِمْهُمَا أَجْرَهُ
(هاَ)
4. Sesudah
takbir keempat sebelum salam sunnah membaca :
أللّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا
أَجْرَهُ (هَا) وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ (هَا)
وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ
(لَهَا) وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِى
قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيْمٌ
5.
Kemudian salam :
اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ (أَسْأَلُكَ الْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ)
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ (أَسْأَلُكَ النَّجَاةَ
مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ)
6.
Doa setelah Shalat jenazah
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ وَصَلَّى الله ُوَسَلَّمَ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ
آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَلّلهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ
أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ اَلّلهُمَّ هٰذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ
خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيَا وَسَعَتِهَاوَمَحْبُوْبِهَا وَأَحِبَّآئِهِ فِيْهَا
إِلىٰ ظُلْمَةِ الْقَبْرِ وَمَا هُوَ لاَقِـيْهِ كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ
إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ
وَرَسُوْلُكَ وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ0 اَللّهُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ
خَيْرُ مَنْزُوْلٍ بِهِ وَأَصْبَحَ فَقِيْرًا إِلىٰ رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ غَنِيٌّ
عَنْ عَذَابِهِ وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِيْنَ إِلَيْكَ شُفَعَآءَ لَهُ اَللّهُمَّ
إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِى إِحْسَانِهِ وَإِنْ كَانَ مُسِيْئاً فَتَجَاوَزْ عَنْهُ
أَلْقِهِ بِرَحْمَتِكَ اْلأَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ حَتَّى تَبْعَثَهُ إِلىٰ
جَنَّتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى الله ُعَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ (دعاء اينى اونتؤ ميت لاكى2، اونتؤ فرمفوان
لفظ مذكر دان ضمير مذكر دى كنتى مؤنث)
J.
Menguburkan Jenazah
1.
Pemberangkatan Jenazah
Minimal jenazah dibawa dengan
cara yang tidak mengandung arti penghinaan pada mayit. Adapun cara membawa yang
sempurna adalah :
a. Ketika mayit siap
diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah orang baik. Namun tidak
semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit yang jelas fasiq, maka tidak
boleh disaksikan baik.
b.Mayit dibawa dengan memakai
keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh beberapa orang sesuai dengan
kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang membawanya berjumlah ganjil.
c.Seperti halnya saat dilahirkan,
mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan (menghadap ke arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah
kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun tidak dengan berlari.
e.Membawa
mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f.Hukum
mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi perempuan.
2. Bentuk lubang kubur
Bentuk
lubang kubur ada 2 macam :
a. Apabila tanahnya keras, maka
lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu, menggali bagian sisi barat dari lubang
kubur, sekitar cukup untuk tempat membaringkan mayit.
b. Apabila tanahnya lunak (mudah
longsor) atau berpasir, maka berbentuk liang cempuri. Yaitu, menggali sisi
tengah dari lubang kubur, dengan ukuran bisa membaringkan mayit, dan di sisi
kanan kirinya diberi batu bata.
3.
Cara Meletakkan Jenazah kedalam Kubur
a. Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur
(nisbat negara Indonesia : Selatan).
b. Mayit dimasukan kedalam lubang kubur dengan
perlahan-lahan. Sedangkan yang menerima, bila mayit perempuan, maka mahram si
mayit. Bila laki-laki, maka yang paling dekat hubungannya dengan si mayit.
c. Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a:
بِسْمِ
اللهِ وَعَلىٰ مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ
Artinya
: “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama agama Rasulullah”.
d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah
dipersiapkan dan wajib dihadapkan ke arah kiblat.
e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah
dan pipi mayit ditempelkan ke tanah.
f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura :
lubelu) (bisa dengan batu atau kayu), untuk menjaga agar mayit tidak berubah
terlentang atau telungkup.
g.Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi
dengan papan kayu atau lainnya, agar tanah timbunan tidak langsung mengena
mayit.
h. Mayit
dibacakan adzan dan iqamah.
i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan
ditinggikan satu jengkal atau ± 25 cm.
j. Kuburan
disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan
k. Juga
sunnah ditanami atau diberi bunga.
l. Kuburan
diberi batu nisan
m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan
talqin dengan bahasa Arab, dan sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti
oleh para pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar
jenazah sunnah tidak langsung pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau
membaca al-Qur’an mendoakan mayit.
4. Etika orang yang mengantarkan jenazah
a. Tafakkur,
meresapi arti sebuah kematian.
b. Berjalan
di depan dan di dekat mayit.
c. Dimakruhkan
ramai-ramai dan bersuara keras serta membicarakan masalah dunia.
d. Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke
pekuburan dengan naik kendaraan hukumnya makruh.
e. Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan
selesai secara sempurna. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ
شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّيَ عَلَيْهَا فَلَهُ قِيْرَاطٌ وَمَنْ
شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيْرَاطَانِ" قِيْلَ وَماَ
الْقِيْرَاطَانِ قَالَ "مِثْلُ ا لجَبَلَيْنِ
الْعَظِيْمَيْنِ )متفق عليه
Artinya : “Barang
siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus menyalatinya maka ia mendapat pahala
satu qirath. Jika sampai menyaksikan penguburannya, maka mendapat pahala dua
qirath. Nabi ditanyakan apa maksud dua qirath? Nabi menjawab satu qirath
seperti dua gunung yang besar”.
(HR. Imam Bukhari-Muslim).
K. Takziah
Takziah
artinya melawat atau menjenguk orang yang meninggal dunia untuk turut
mengatakan bela sungkawakepada keluarganya, serta member penghormatan terakhir
kepada orang yang telah dipanggiluntuk menghadap kehadirat Allah SWT. Takziah
dapat dilakukan sebelum dan sesudah jenazah dikuburkan hingga selam tiga hari.
Namun demikian, takziah diutamakan dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.
1.
Adab dan Etika Takziah
a. Apabila kita mendengar kabar ada seseorang yang
meninggal dunia, maka hendaklah mengucapkan:
b. Datanglah dengan segera melawat kerumah duka,
masuklah kerumahnya dengan mengucapkan salam dam mendoakan.
c. Pada ssaat takziah, hendaklah
bersikap dan berpakaian sopan.
d. Hendaknya memberikan nasihat untuk tetap sabar dan
tabah dalam menghadapi musibah.
e. Hendaklah ikut mengerjakan
shalat jenazahdengan ikhlas dan khusyuk.
f. Apabila tidak ada uzur, hendaklah kita mengantarkan
jenazah itu sampai selesai dimakamkan.
g. Memberikan bantuan materi dan moril kepada keluarga
yang ditinggalkan, termasuk memberoikan makanan , karena mereka sedang mendapat
cobaan.
2.
Hikmah Takziah
a. Dapat meringankan beban keluarga si mayat, terutama
dari segi mental, sehingga merasa sedikit terhibur.
b.Tugas dan kewajiban keluarga
yang ditinggalkan terbantu.
c. Dapat mengingatkan akan
kematian
d. Penghormatan terakhir pada
almarhum/ah
e. Ikut mendoakan almarhum/ah
f. Mempererat tali persaudaraan
umat muslim
L. Ziarah Kubur
1. Pengertian
dan Hukum Ziarah Kubur
Ziarah kubur adalah datang ke
makam keluarga atau bukan keluargadengan maksud untuk mendoakan agar diterima
amalnya dan diampuni dosanya oleh Allah SWT. Ziarah kubur adalah sunah bagi
laki-laki, sedangkan bagi perempuan adalah makruh. Alasannya dikhawatirkan
perempuan akan menambah perasaan sedih. Ziarah kubur hukumnya disunnahkan,
hikmahnya adalah agar menjadi peringatan dan menyadari bahwa setiap jiwa pasti
akan mati serta mengingat akan adanya alam akhirat.
a. sebelum
duduk dianjurkan mengucapkan salam :
اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ يَا حَضْرَةَ الْمَرْحُوْمِ/الْمَرْحُوْمَةِ… يَا أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَإِنَّا إِنْ شَآءَ الله
ُبِكُمْ لاَحِقُوْنَ
b. kemudian
membaca al-Qur’an atau Tahlil, serta memohon kepada Allah agar pahala bacaannya
disampaikan pada si mayit. Dan jangan lupa, dalam do’a tersebut disisipi
kalimat :
اَللَّهُمَّ أَوْصِلْ
ثَوَابَ مَاقَرَأْنَاهُ إِلىٰ …
2. Adab
(Etika) Berziarah Kubur
Ada
beberapa etika dalam berziarah kubur, yakni sebagai berikut:
a. Peziarah hendaknya mengucapkan salam kepada ahli
kubur ketika memasuki area makam.
b. Membaca doa-doa, istighfar, tahlil, surah yasin,
dan lain sebagainya.Dengan harapan mereka mendapat pengampunan dari Allah SWT.
c. Pada saat berziarah kubur, bersikap sopan dan
berhati-hati, jangan duduk diatas kuburan atau bergurau , bermain-main atau
yang tidak sesuai dengan suasana ziarah kubur.
d. Ziarah kubur orangtuanya atau orang lain bukan
untuk meminta sesuatu, tetapi mendoakan kepada ahli kubur agar mendapat
pengampunan dari Allah SWT.
3. Hikmah
Ziarah Kubur
Hikmah ziarah kubur
diantaranya:
a. Ziarah kubur dapat mengingatkan akan akhirat, maka
akan menambah tebalnya iman kepada Allah SWT dan memperbanyak amal saleh.
b. Kita dapat melakukan kontak batin dengan arwah
almarhumah, sekalipun dengan alam yang berbeda melalui doa.
c. Ziarah kubur adalah perbuatan ibadah karena sunah
Rasulullah. Dengan melihat nisan sebagai saksi bisu akan tumbuh rasa takut
kepada Allah SWT.
Pada awalnya ziarah kubur
dilarang oleh Rasulullah karena dikhawatirkan menimbulkan syirik (meminta pada
leluhurnya) akantetapi setelah Rasulullah SAW menilai bahwa tingkat keimanan
umat sudah kuat, maka Rasullulah pun memerintahkan untuk berziarah kubur.
Selain itu berziarah kubur banyak lagi hikmah yang dapat digali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia
sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya
itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya.
Dimana penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat
itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.
Adapun
4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah. Memandikan, Mengkafani,
Menshalatkan, Menguburkan
Adapun
hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,
sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan
sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
B. saran
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam, kritik dan saran serta
masukan kami terima unuk penulisan makalah selanjtnya agar lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Mas’ud,
Ibnu & Abidin, Zainal S. 2000. fiqh mazhab syafi’i, Bandung:
Pustaka Setia
Nawawi,
Imam, al-jana’iz, Beirut: Dar al-fikr,tt
Rasyid,
sulaiman. 1987. Fiqih islam. Bandung: Sinar Baru
http://esanoerfadhila.blogspot.com/2016/10/cara-pengurusan-jenazah.html
Komentar
Posting Komentar