Sejarah Filsafat llmu
Filsafat ilmu
Filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
umat manusia. Filsafat ilmu merupakan satu bidang pengetahuan campuran yang
eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling
pengaruh antara ilmu dan filsafat (Kirom, 2011: 103).
Filsafat ilmu sebagai
cabang dari ilmu filsafat dapat dipandang dari dua sisi, sebagai sebuah disiplin
ilmu dan landasan filosofis proses keilmuan. Filsafat ilmu membicarakan objek
khusus yaitu ilmu pengetahuan sebagai kajiannya. Lebih jauh filsafat ilmu
sekaligus juga merupakan kerangka dalam proses penggalian ilmu atau memberikan
perspektif untuk melihat hakikat ilmu dan menjelaskan landasan filosofisnya
(Muslih, 2005: 56).
Menurut para ahli
filsafat ilmu memiliki pengertian atau definisi yang berbeda dan sudut pandang
masing-masing. Adapun berikut ini merupakan definisi filsafat ilmu menurut para
ahli.
1.
Menurut Peter Caws, memberikan makna
bahwa filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat yang kegiatannya menelaah ilmu
dalam konteks keseluruhan pengalaman manusia.
2.
Menurut Steven R. Toulmin, fisafat ilmu
adalah suatu disiplin yang diarahkan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan prosedur penelitian ilmiah, penentuan argument, dan anggapan-anggapan
metafisik guna menilai dasar-dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika
formal, dan metodologi praktis dan metafisika
3.
Menurut White Beck, filsafat ilmu adalah
kajian dan evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat dipahami makna ilmu itu
sendiri secara keseluruhan (Widyawati, 2013: 92-93).
Ruang lingkup bidang
kajian filsafat ilmu juga mengalami perkembangan secara terus-menerus. Kondisi
ini tidak lepas dari interaksi antara ilmu filsafat dan ilmu yang semakin
intens. Ruang lingkup kajian yang menjadi telaahan filsafat ilmu pun juga
berkembang dan diantara para ahli terlihat perbedaan dalam menentukan lingkup
kajian. Adapun berikut in beberapa pendapat ahli tentang ruang lingkup kajian
filsafat ilmu:
1.
Menurut Edward Madden
a. Probabilitas
b. Induksi
c. Hipotesis
2.
Ernest Nagel
a. Logical
pattern exhibited by explanation in the sciences
b. Construction
of scientific concepts
c. Validation
of scientific conclusions
3.
Scheffer
a. The
role of science in society
b. The
world pictured by science
c. The
foundation of science
Filsafat ilmu menempati
posisi secara analog dengan ilmu pengetahuan lain dengan mengajukan
permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan
telaahan berkaitan dengan objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontology),
bagaimana proses perolehan ilmu (epistemology), dan bagaimana manfaat ilmu (aksiology).
Manfaat filsafat ilmu sebagai titik tolak membuat kita dapat menjelajah
berbagai filsafat pengetahuan lainnya.
Filsafat di sini
merupakan pengetahuan tentang hakikat. Substansi dari hakikat adalah paradigma
dasar dari pengetahuan. Paradigma diartikan sebagai cara memandang sesuatu. Pada
perkembangannya, jawaban terhadap pertanyaan ontologis, epistemologis, dan
aksiologis melahirkan sejumlah paradigma pengetahuan. Setidaknya ada tiga jenis
paradigma pengetahuan manusia, yaitu: paradigma filsafat, paradigma mistik, dan
paradigma sains (ilmu).
Pada dasarnya paradigma
filsafat bertumpu pada rasionalisme sehingga objek kajiannya selalu berkenaan
dengan hal-hal yang abstrak dan rasional (metafisika). Kepercayaan filsafat
diukur dari sejauh mana tingkat kerasionalannya. Berbeda dengan paradigma
mistik yang bersifat abstrak-supra rasional. Pada dunia mistik, kepercayaan
atau iman dapat dirah dengan metode latihan.
Di sini kepercayaan
muncul bukan karena adanya penjelasan rasional, kalaupun ada bukan merupakan
hal yang harus, melainkan adanya kehadiran kebenaran dari Yang Maha Benar.
Adapun untuk paradigma ilmu bertumpu pada metode ilmiah yang ditopang oleh
rasionalisme dan empirisme serta diperkuat oleh positivisme (Rapik, 2017: 160).
Adapun masalah-masalah
dalam filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas di dalamnya sebenarnya
menunjukkan topik-topik kajian yang dapat masuk ke dalam salah satu lingkup
filsafat ilmu, yaitu:
1. Masalah
metafisis
2. Masalah
epistemologis
3. Masalah
metodologi
4. Masalah
logis
5. Masalah
etis
6. Masalah
tentang estetika
Metafisika merupakan
telaahan atau teori tentang yang ada, istilah metafisika ini terkadang
disamakan dengan ontology, karena sebenarnya metafisika juga mencakup telaahan
lain seperti telaahan tentang bukti-bukti adanya Tuhan. Epistemologi merupakan
teori pengetahuan dalam arti umum baik itu kajian mengenai pengetahuan biasa,
pengetahuan ilmiah, maupun pengetahuan filosofis. Metodotologi ilmu adalah
telaahan atas metode yang digunakan oleh suatu ilmu, baik dilihat dari struktur
logikanya, maupun dalam hal validitas metodenya.
Masalah logis berkaitan
dengan telaahan mengenai kaidah-kaidah berpikir benar, terutama berkenaan
dengan metode deduksi. Problem etis berkaitan dengan aspek-aspek moral dari
suatu ilmu, apakah ilmu itu hanya untuk ilmu, ataukah ilmu juga perlu
memperhatikan kemanfaatannya dan kaidah-kaidah moral masyarakat. Masalah
estetis berkaitan dengan dimensi keindahan atau nilai-nilai keindahan dari
suatu ilmu, terutama bila berkaitan dengan aspek aplikasinya dalam kehidupan
masyarakat (Widyawati, 2013: 95).
Filsafat
llmu
Filsafat dan ilmu yang dikenal di dunia Barat
berasal dari zaman Yunani Kuno. Pada zaman itu keduanya termasuk dalam
pengertian episteme. Kata philosophia merupakan suatu kata
padanan dari episteme. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory
of science (teori ilmu), metascience (adi-ilmu), science of
science (ilmu tentang ilmu).[1]
The Liang Gie mendefinisikan bahwa filsafat ilmu
adalah
segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan- persoalan mengenai segala hal
yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan
manusia.
Filsafat ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (i)
Filsafat ilmu dalam arti luas, yaitu menampung permasalahan yang menyangkut
berbagai hubungan luar dari kegiatan ilmiah; dan (ii) Filsafat ilmu dalam arti
sempit yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan kedalam
yang terdapat dalam ilmu yaitu pengetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan
serta mencapai pengetahuan ilmiah.
Sejarah
Filsafat llmu
Lahir pada abad ke-18 cabang filsafat yang disebut
sebagai filsafat pengetahuan di mana logika, filsafat bahasa, matematika,
metodologi, merupakan komponen-komponen pendukungnya. Melalui cabang filsafat
ini diterangkan sumber dan sarana serta tata cara untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah. Diselidiki pula syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi apa yang disebut
kebenaran ilmiah dan batas validitasnya.
Ruang
Lingkup Filsafat llmu
Filsafat ilmu sampai tahun sembilan puluhan telah
berkembang pesat sehingga menjadi bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat
mendalam. Ruang lingkup sebagaimana yang dibahas para filsuf dapat dikemukakan
secara ringkas oleh sejumlah ahli antara lain (i). Peter Angeles; (ii) A.
Cornelius Benjamin; (iii) Israel Scheffler; dan (iv) J.J.C.Smart.
Pertama, menurut
Peter Angeles, ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yang utama: (i) Telah
mengenai berbagai konsep, pranggapan dan metode ilmu berikut analisis,
perluasan, dan penyusunannya dalam memperoleh yang lebih baik dan cermat; (ii)
Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut strukturnya;
(iii) Telaah mengenai saling kaitan di antara berbagai ilmu; dan (iv) Telaah
mengenai akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penerapan
dan pemahaman manusia.
Kedua, A.
Cornelius Benjamin. Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam 3 bidang:
(i) Logika ilmu yang berlawanan dengan epistemologi ilmu; (ii) Filsafat ilmu
kealaman yang berlawanan dengan filsafat ilmu kemanusiaan; (iii) Filsafat ilmu
yang berlawanan dengan telaah masalah filsafati dari sesuatu ilmu khusus; dan
(iv) Filsafat ilmu yang berlawanan dengan sejarah ilmu.
Ketiga, Israel
Scheffler. Lingkupannya dibagi menjadi tiga bidang yaitu: (i) Peranan ilmu
dalam masyarakat; (ii) Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu; dan (iii)
Landasan-landasan ilmu.
Keempat, J.J.C.
Smart. Filsuf ini mengganggap filsafat ilmu mempunyai dua komponen utama yaitu,
(i) Bahasan analitis dan metodologis tentang ilmu; (ii) Penggunaan ilmu untuk
membantu pemecahan problem.
Perbedaan
Filsafat, llmu, dan Filsafat llmu
Filsafat merupakan cara berpikir yang kompleks,
suatu pandangan atau teori yang sering tidak bertujuan praktis, tetapi
teoretis. Filsafat selalu memandang sebab- sebab terdalam, tercapai dengan akal
budi murni. Filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan asasi manusia tentang
makna realitas dan ruang lingkupnya yang dapat dipelajari secara sistematik dan
historis.
Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia.
Ilmu membuka mata kita terhadap berbagai kekurangan. Ilmu tidak mengikat
apresiasi kita terhadap ilmu itu sendiri. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan
yang disusun secara konsisten dan kebenarannya telah teruji secara empiris.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus
dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu
mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Kesatuan dari interaksi di antara aktivitas, metode,
dan pengetahuan dapat digambarkan sebagai bagan segitiga penyusun menjadi ilmu. Filsafat ilmu adalah
segenap pemikiran yang reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala
hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia.
Filsafat ilmu merupakan suatu telaah kritis terhadap
metode yang digunakan oleh ilmu tertentu terhadap lambang-lambang dan struktur
penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Filsafat ilmu adalah upaya
untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat
mengenai ilmu. Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri atas
beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menetapkan batas.
Tujuan
Pendidikan Filsafat dan Filsafat llmu
Pendidikan filsafat diharapkan dapat mencapai
kompetensi sebagai berikut: (i) menghargai kedudukan akal (pikiran
manusia); (ii) filsafat merupakan sumber perenungan yang dalam dan kontinu;
(iii) meyakini hasil pemikiran sebagai sumber kebenaran; (iv) pemikiran bebas
dan sebebas-bebasnya; (v) pemikiran rasional kritis; (vi) tidak dibelenggu ideologi;
(vii) tidak dibelenggu oleh kepercayaan/agama; (viii) mewaspadai atau menolak
kebenaran hegemonik;
(ix) menolak gagasan kebenaran absolut; (x)
konstruktivisme bebas dalam pikiran; (xi) rekonstruksi konsep dan teori; (xii)
merespons adanya krisis ilmu; (xiii) menumbuhkembangkan moralitas ilmu
pengetahuan; (xiv) membangun kreativitas inventif ilmu; (xv) Tuhan dan wahyu;
(xvi) pengetahuan filsafat bersifat abstrak; (xvii) filsafat memiliki konsep
dan teori-teori filosofis tentang segala sesuatu; dan (xviii) filsafat memiliki
paradigm dan metode-metode tersendiri.
Adapun tujuan dilaksanakan pembelajaran filsafat
ilmu adalah: (i) kembali kepada kesadaran berpikir kefilsafatan; (ii) merespons
isu krisis ilmu pengetahuan; (iii) mengoreksi Paham Positivisme dan
Pragmatisme; (iv). memberi dasar-dasar filosofis bagi ilmu yang baru; (v)
melakukan falsifikasi terhadap ilmu; (vi) membangun paradigma baru; (vii)
mengoreksi konsep dan teori lama; dan (viii) menumbuhkembangkan moralitas dan
integritas manusia mendasarkan pada ilmu pengetahuan.
Daftar pustaka
Referensi
Muslih, Mohammad. 2005. Filsafat Ilmu Kajian Atas
Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta:
Belukar.
Rapik, Mohamad. 2017. “Diskursus Filsafat Ilmu: dari
Peradaban Manusia ke Peradaban Tuhan”. Jurnal Titian. Vol. 1. No. 2.
Kirom, Syahrul. 2011. “Filsafat Ilmu dan Arah
Pengembangan Pancasila: Relevansinya dalam Mengatasi Persoalan Kebangsaan”. Jurnal
Filsafat. Vol. 21. No. 2.
Widyawati, Setya. 2013. “Filsafat Ilmu Sebagai
Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan”. Jurnal Seni Budaya. Vol. 11. No.
1.
Adib, H. Mohammad. "Filsafat Ilmu:
Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan." (2011).
Komentar
Posting Komentar