Landasan Penelaahan llmu
Landasan Penelaahan llmu
Secara
singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut: (i) Landasan ontologis
adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus
mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena diversivikasi ilmu terjadi atas
dasar spesifikasi objek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan
ontologi yang berbeda; (ii) Landasan epistemologi adalah cara yang digunakan untuk
mengkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut.
Secara umum, metode ilmiah pada dasarnya untuk
semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verifikasi seperti
telah diuraikan di atas; dan (iii) Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan
penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan
perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
Ontologi llmu
Ontologi
terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang
berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu
atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Menyoal tentang wujud hakiki objek
ilmu dan keilmuan (setiap bidang ilmu dalam jurusan dan program studi) itu apa?
Objek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau
pancaindra. Jadi objek ilmu adalah pengalaman indrawi. Dengan kata lain,
ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud
(yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata.
Ontologi
sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat benda bertugas untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan "apa sebenarnya realitas benda itu?
apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?" "Apakah
kedudukan ilmu dalam ruang yang-ada ini?". "Benarkah ilmu itu
ada?" "Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu
bermakna di tengah ruang yang-ada yang tidak terbatas itu?" "Kausalitas
(ilmiah) yang terlalu terbatas!" IPTEK baru mampu mengeksplorasi alam
semesta ini sekitar 1% saja, dan 99% alam semesta ini masih misteri
(Feyerebend).
Dari
teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam filsafat,
antara lain: (i) Filsafat Materialisme; (ii) Filsafat Idealisme; (iii) Filsafat
Dualisme; (iv) Filsafat Skeptisisme; dan (v) Filsafat Agnostisisme.Jujun S.
Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian
filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (benarsalah), (b) etika (baik-
buruk), dan (c) estetika (indah-jelek).
Ketiga
cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama,
teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan
antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian
mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik.
Kelima cabang filsafat ini-logika, etika, estetika, metafisika dan politik-menurut
Suriasumantri, kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang
mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut filsafat ilmu.
Argumen
ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM) dengan teori
ideanya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya.
Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap
sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau
konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata ini,
baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang,
baik
yang hidup ataupun yang sudah mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau
konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua mana pun
di dunia ini. Demikian pula manusia punya idea. Idea manusia menurut Plato adalah
badan hidup yang kita kenal dan dapat berpikir. Dengan kata lain, idea manusia
adalah "binatang berpikir". Konsep binatang berpikir ini bersifat
universal, berlaku untuk seluruh manusia besar-kecil, tua- muda, lelaki-perempuan,
manusia Eropa, Asia, India, Cina, dan sebagainya.
Tiaptiap
sesuatu di alam ini mempunyai idea. Idea inilah yang merupakan hakikat sesuatu
dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu berada di balik yang nyata
dan idea itulah yang abadi. Benda-benda yang kita lihat atau yang dapat
ditangkap dengan pancaindra senantiasa berubah. Karena itu, ia bukanlah
hakikat, tetapi hanya bayangan, kopi atau gambaran dari idea-idea- nya. Dengan
kata lain, benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca-indra ini hanyalah
khayal dan ilusi belaka.
Argumen
ontologis kedua dimajukan oleh St. Augustine (354-430 M). Menurut Augustine,
manusia mengetahui dari pengalaman hidupnya bahwa dalam alam ini ada kebenaran.
Namun, akal manusia terkadang merasa bahwa ia mengetahui apa yang benar, tetapi
terkadang pula merasa ragu-ragu bahwa apa yang diketahuinya itu adalah suatu
kebenaran.
Menurutnya,
akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih ada suatu
kebenaran tetap
(kebenaran yang tidak berubah-ubah), dan itulah yang menjadi sumber dan cahaya
bagi akal dalam usahanya mengetahui apa yang benar. Kebenaran tetap dan kekal
itulah kebenaran yang mutlak. Kebenaran mutlak inilah oleh Augustine disebut
Tuhan.
Ontologi
merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh
Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales,
Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara
penampakan (apreance) dengan kenyataan (reality).
Thales
terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan
substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih
penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari
satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak dapat dianggap ada berdiri
sendiri).
Hakikat
kenyataan atau realitas memang dapat didekati ontology dengan dua macam sudut
pandang: (i) kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu
tunggal atau jamak? (ii) Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah
kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun
yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang beraroma harum.
Ontologi,
secara sederhana dapat dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis. Aspek ontology dari ilmu pengetahuan tertentu
hendaknya diuraikan antara lain secara: (a) Metodis; menggunakan cara ilmiah;
(b) Sistematis; saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan; (c) Koheren; unsurunsurnya tidak boleh mengandung uraian yang
bertentangan;
(d)
Rasional; harus berdasar pada kaidah berpikir yang benar (logis); (e)
Komprehensif; melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan
secara multidimensional-atau secara keseluruhan (holistik); (f) Radikal;
diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya; (g) Universal; muatan
kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.
Beberapa
aliran dalam ontologi, yakni realisme, naturalisme, dan empirisme.
Istilah-istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah: (i) yang-ada
(being); (ii) kenyataan/ realitas (reality); (iii) eksistensi (existence); (iv)
esensi (essence); (v) substansi (substance); (vi) perubahan (change); (vii) tunggal
(singular, one); dan (viii); jamak (plural/many).
Adapun
karakteristik (ontologi) ilmu pengetahuan antara lain adalah: (i) ilmu berasal
dari riset (penelitian); (ii) tidak ada konsep wahyu; (iii) adanya konsep
pengetahuan empiris; (iv) pengetahuan rasional, bukan keyakinan; (v)
pengetahuan objektif; (vi) pengetahuan sistematik; (vii) pengetahuan
metodologis; (viii) pengetahuan observatif (observable); (ix) menghargai asas
verifikasi (pembuktian); (x) menghargai asas eksplanatif (penjelasan); (xi)
menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang kembali; (xii) menghargai asas
skeptikisme yang radikal; (xiii) melakukan pembuktian bentuk kausalitas
(causality); (xiv) mengakui pengetahuan dan konsep yang relatif (bukan
absolut); (xv) mengakui adanya logika-logika ilmiah; (xvi) memiliki berbagai
hipotesis dan teori-teori ilmiah; (xvii) memiliki konsep tentang hukum-hukum
alam yang telah dibuktikan; (xviii) pengetahuan
bersifat netral atau tidak memihak; (xix) menghargai berbagai metode eksperimen,
dan (xx) melakukan terapan ilmu menjadi teknologi. Ontologi ilmu, layak
dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini
dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu
kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).
Epistemologi llmu
Epistemologi
berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi
adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya.
Epistemologi disebut juga teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan
tentang cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber
pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang
menyoroti atau membahas tentang tata-cara, teknik, atau prosedur mendapatkan
ilmu dan keilmuan.
Tata
cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode
non-ilmiah, metode ilmiah dan metode problem solving. Pengetahuan yang diperoleh
melalui pendekatan/metode non-ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
cara penemuan secara kebetulan; untung-untungan (trial and error); akal sehat
(common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan pengalaman biasa.
Metode
ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan melalui pendekatan deduktif dan
induktif. Sedangkan metode problem solving adalah memecahkan masalah
dengan cara mengidentifikasi permasalahan; merumuskan hipotesis; mengumpulkan
data; mengorganisasikan dan menganalisis data; menyimpulkan dan conlusion; melakukan
verifikasi, yakni pengujian hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan
teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat
dipakai sebagai basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan,
mengontrol, mengantisipasi atau meramalkan sesuatu kejadian secara lebih tepat.
Epistemologi
derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilm pengetahuan. Epistemologi
merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, teori.
Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menjelaskan masalah-masalah
filosofis yang mengitari teori ilmu pengetahuan.
Epistemologi
bertalian dengan definisi dan konsep- konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat
nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum (objek).
Dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal usul,
asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu
penting dalam menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelum menjelaskannya.
Pertanyakan
dulu secara kritis, baru diyakini. Ragukan dulu bahwa sesuatu itu ada, kalau
terbukti ada, baru dijelaskan. Berpikir dulu, baru yakini atau tidak. Ragukan
dulu, baru yakini atau tidak. Pertanyaan utama
epistemologi jenis ini adalah, apa yang benar-benar sudah kita ketahui dan
bagaimana cara kita mengetahuinya? Epistemologi ini tidak peduli apakah batu di
depan mata kita adalah penampakan atau bukan. Yang ia urus adalah bahwa ada batu
di depan mata kita dan kita teliti secara sainstifik, kemudian menentukan
sebuah model filsafat.
Dengan
pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan
menentukan "kebenaran" macam yang dianggap patut diterima dan apa
yang patut ditolak. Menurut Keith Lehrer secara historis terdapat tiga perspektif
dalam epistemologi yang berkembang di Barat, yaitu: (i) dogmatic epistemology;
(ii) critical epistemology; dan (iii) scientific epistemology. Pertama,
dogmatic epistemology adalah pendekatan tradisional terhadap epistemologi,
terutama Plato. Dalam perspektif epistemologi dogmatik, metaphysics (ontologi)
diasumsikan dulu ada, baru kemudian ditambahkan epistemologi.
Setelah
realitas dasar diasumsikan ada, baru kemudian ditambahkan epistemologi untuk
menjelaskan bagaimana kita mengetahui realitas tersebut. Pertanyaan utama
epsitemologi jenis ini: Apa yang kita ketahui? Lalu bagaimana cara kita
mengetahuinya? Singkatnya, epistemologi dogmatik menetapkan ontologi sebelum
epistemologi. Untuk melihat contoh cara kerja epistemologi jenis ini, silakan
lihat karya Plato, Theaetetus, terutama ketika ia menganalisis pengetahuan sebagai
opini yang benar, forms sebagai the ultimate reality yang bermuara pada
definisi bahwa pengetahuan adalah sebagai kesadaran intuitif terhadap forms.
Kedua,
critical epistemology. Revolusi dari epistemologi dogmatik ke epistemologi kritis
diperkenalkan oleh Rene Descartes. Descartes membalik epistemologi dogmatik
dengan menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelum menjelaskannya.
Pertanyakan dulu secara kritis, baru diyakini. Ragukan dulu bahwa sesuatu itu
ada, kalau terbukti ada, baru dijelaskan. Berpikir dulu, baru yakini atau
tidak.
Ragukan
dulu, baru yakini atau tidak. Descartes menganut the immediacy theses, bahwa
apa yang kita ketahui adalah terbatas pada ide-ide yang adalah jiwa kita (our
own minds). Metode Descartes disebut juga metode skeptis. Yakni, skeptis bahwa
kita dapat mengetahui secara langsung objek di luar diri kita tanpa melalui
jiwa kita.Tesis ini dikembangkan oleh David Hume dengan teori primary qualities
dansecondary qualities.
Pertanyaan
utama epistemologi jenis ini: Apa yang dapat kita ketahui? Dapatkah kita mengetahuinya?
Mungkinkah kita dapat mengetahui sesuatu di luar diri kita? Singkatnya,
epistemologi kritik menetapkan ontologi setelah epistemologi.
Reid
menolak tesis ini dengan berargumen bahwa kita mempunyai pengetahuan langsung
tentang dunia luar (the external world). Menurut Reid, kita tidak melihat
penampakan objek, tapi objek itu sendiri. Contoh karya Descartes, Meditations,
dan karya Hume, Inquiry Into the Human Understanding (terutama "The
Sections on Perception and Scepticism”). Karya Reid, Inquiry and Essays (Selected
Sections on Perception).
Ketiga,
scientific epistemology. I argue that there is a thirdapproach to epistemology
where theories about what we can know and theories about what is real are given
equal status, that is, neither is assumed to be prior to the other.
Consequently, a theory of knowledge should explain how we know those things
which we most clearly do know and at the same time provide a critical standard
of evaluation for knowledge claims. Pertanyaan utama epistemologi
jenis
ini adalah, apa yang benar-benar sudah kita ketahui dan bagaimana cara kita
mengetahuinya? Epistemologi ini tidak peduli apakah batu di depan mata kita adalah
penampakan atau bukan. Yang ia urus adalah bahwa ada batu di depan mata kita
dan kita teliti secara sainstifik. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan
atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau kepercayaan.
Untuk
menemukan kebenaran dilakukan sebagai berikut (AR Lacey): (i) Menemukan
kebenaran dari masalah; (ii) Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran;
(iii) Pengamatan dan eksperimen untuk menemukan kebenaran; (iv) Falsification
atau operasionalism (experimental operation, operation research); (v) Konfirmasi
kemungkinan untuk menemukan kebenaran; (vi) Metode hipotetico-deduktif; (vii)
Induksi dan presuposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta.
Aksiologi llmu
Aksiologi
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu
kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat menjadi sarana
orientasi manusia dalam usaha menjawab suatu pertanyaanyang amat fundamental,
yakni bagaimana manusia harus hidup dan bertindak? Teori nilai atau aksiologi
ini kemudian melahirkan etika dan estetika.
Dengan
kata lain, aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu
pengetahuan itu. Secara moral dapat dilihat apakah nilai dan kegunaan ilmu itu
berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia
atau tidak. Nilai-nilai (values) bertalian dengan apa yang memuaskan keinginan
atau kebutuhan seseorang, kualitas dan harga sesuatu, atau appreciative
responses.
Landasan
aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi
kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu
terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Ilmu
pengetahuan itu hanya alat (means) dan bukan tujuan (ends). Substansi ilmu itu
bebas nilai (value-free), tergantung pada pemakaiannya.
Karena
itu, sangat dikhawatirkan dan berbahaya jika ilmu dan pengetahuan yang sarat
muatan negatif dikendalikan atau jatuhnya ke orang- orang yang berakal picik,
sempit, dan sektarian; berjiwa kerdil, kumuh dan jahat, bertangan besi dan
kotor. Sekarang coba kita lihat, di berbagai bidang terjadi
krisis:
ketidakberdayaan, kemerosotan, kebodohan, keresahan, kemiskinan, kesakitan,
keterbelakangan, ketidakpercayaan, dan lainnya sebagai dampak missmanagement,
missdirec- tion, missmanipulation, dan lain sebagainya. Tujuan dasarnya adalah
menemukan kebenaran atas fakta "yang ada" atau sedapat mungkin ada
kepastian kebenaran ilmiah.
Contoh: pada Ilmu Mekanika Tanah dikatakan
bahwa kadar air tanah memengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah
dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air
ternyata terbukti bahwa teori tersebut benar. Ilmu ini bermanfaat meningkatkan kesejahteraan
dalam bidang pertanian
Daftar pustaka
Adib, H. Mohammad. "Filsafat Ilmu:
Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan." (2011).
Komentar
Posting Komentar