TEORI BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu aliran yang besar pengaruhnya dalam
psikologi adalah aliran Behaviorirme.
Aliran ini didirikan pada tahun 1913 di Amerika serikat oleh J.B. Watson ( 1878-1958
). Watson berpendapat bahwa agar psikologi dapat tetap ilmiah, maka ia harus
objektif dan agar ia tetap objektif ia hanya dapat mempelajari tingkah laku
yang tampak mata. Konsep-konsep subjektif seperti emosi, penghayatan, kehendak,
dan sebagainya harus dihindari ( Sarwono, 2008 ).
Sebagai konsekuensi dari pandangannya itu, maka
Watson memusatkan dirinya untuk mempelajari hubungan rangsangan dan tingkah
laku balasannya. Ia mendapatkan bahwa setiap tingkah laku pada hakikatnya
merupakan tanggapan atau balasan terhadap rangsang, karena itu rangsang sangat
mempengaruhi tingkah laku. Bahkan ia sampai pada kesimpulan bahwa setiap
tingkah laku ditentukan atau diatur oleh rangsang. Teori yang memntingkan
hubungan rangsang dan tingkah laku balasan ini disebut teori rangsang balas ( stimulus – response theory ) ( Sarwono, 2008 ).
Diantara teori rangsang balas yang berkembang dalam
behaviorisme, terdapat pendapat berbeda yang masing-masing kemudian tumbuh
menjadi paham dengan pengikutnya masing-masing pula. Pendapat pertama disebut
sebagai pendapat yang berorientasi “mediational” dengan tokohnya C.L. Hull
(1884-1952), sedangkan pendapat kedua berorientasi “operant” dengan tokohnya
B.F. Skinner. Perbedaan utama antara kedua pandangan ini adalah bahwa Skinner
dan kawan-kawan benar-benar hanya mementingkan rangsang dan tingkah laku balas
yang tampak nyata, sedangkan kelompok Hull masih mengakui adanya proses yang
tidak tampak matadalam diri individu antara deterimanya rangsang dan dilakukan
tingkah laku balas.Proses tersembunyi yang terjadi dalam diri individu itu
desebut proses internal, yang debedakan dari proses eksternal yang tampak mata.
( Sarwono, 2008 )
B. Tujuan
1.
Mengetahui
dan memahami teori-teori belajar sosial dan tiruan
2.
Memenuhi
tugas mata kuliah kelompok kerja
Psikologi sosial
BAB
II
PEMBAHASAN
TEORI BELAJAR SOSIAL DAN TIRUAN
Dalam kehidupan
manusia ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara fisik (belajar menari,
belajar naik sepeda, dan lain-lain) dan belajar psikis. Termasuk dalam belajar
psikis ini yaitu belaja rsosial, dimana seseorang mempelajari perannya dan
peran orang lain dalam kontak social. Selanjutnya, orang tersebut akan
menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan peran social yang telah
dipelajarinya itu. Cara yang sangat penting dalam belajar social, menurut
aliran rangsang-balas adalah tingkah laku tiruan. Dalam sub-sub ini akan
dibicarakan dua teori tentang tingkah laku tiruan yaitu dari Miller &
Dollar (1941) dan Bandura & Walters (1963).
A.
Teori Belajar Social Dan Tiruan Dari Miller & Dollard
Miller dan
Dollard bertitik tolak dari teori Hull (mediatonis) yang dikembangkan menjadi
teori sendiri. Pandangan dasar mereka tingkah laku manusia adalah dipelajari.
Karena itu, untuk memahami tingkah laku social dan proses belajar social, kita
harus mengetahui prinsip-prinsip psikologi belajar.
Menurut Miller
dan Dollard ada empat prinsip dalam belar, yaitu dorongan, isyarat, tingkah
laku-balas, dan ganjaran.
1.
Dorongan
Adalah rangsang
yang sangat kuat yang mendorong organisme (manusia, hewan) untuk bertingkah
laku. Stimulus-stimus yang cukup kuat biasanya bersifat biologis seperti lapar,
haus, seks, kejenuhan dan sebagainya. Ini disebut dorongan primer dan menjadi
dasar utama untuk memotivasi. Pada manusia yang berbudaya tinggi, dorongan
primer jarang menjadi kepentingan pokok, kecuali dalam keadaan perang, bencana,
kemiskinan, dan keadaan-keadaan darurat lainya.
Pada manusia yang berbudaya tinggi,dorongan-dorongan primer
disosialisasikan menjadi dorongan sekunder, missal lapar disosialisasikan
menjadi dorongan untuk makan-makanan tertentu (nasi atau roti), seks
disosialisasikan menjadi hubungan suami istri dalam perkawinan,
dorongan-dorongan primer lain disosialisasikan menjadi dorongan untuk memperoleh
uang, pujian dan sebagainya. Menurut Miller & Dollard, semua tingkah laku
didasari oleh dorongan, termasuk tingkah laku tiruan.
2.
Isyarat
Adalah rangsangan yang menentukan bila dan dimana suatu tingkah
laku-balas akan timbul dan tingkah laku-balas apa yang akan terjadi. Isyarat
disini dapat disamakan dengan rangsang diskriminatif. Dalam belajar social
isyarat yang terpenting adalah tingkah laku orang lain, baik yang langsung
ditunjukan kepada seseorang tertentu maupun yang tidak. Missal, uluran tangan
merupakan isyarat untuk berjabat tangan.
3.
Tingkah Laku-Balas
Miller &
Dollard berpendapat bahwa organisme mempunyai hierarki bawaan dari tingkah
laku-tingkah laku. Pada waktu dihadapkan untuk pertama kali pada suatu rangsang
tertentu, maka tingkah laku-balas yang timbul didasarkan pada hierarki bawaan
tersebut. Baru setelah beberapa kali ganjaran dan hukuman, maka akan timbul
tingkah laku-balas yang sesuai dengan factor-faktor penguat tersebut.
Tingkah laku-balas yang sudah disesuaikan dengan factor-faktor
penguat tersebut disusun menjadi hierarki resultan. Disinilah pentingnya belajar dengan cara coba dan
ralat. Dalam tingkah laku social, belajar social dan larat dikurangi dengan
belajar tiruan dimana seorang anak tinggal meniru tingkah laku orang dewasa untuk
dapat memberikan tingkah laku balas yang tepat sehingga ia tidak perlu membuang
waktu untuk belajar dengan cara coba dan ralat. Disinilah peran guru, orang
tua, dan orang dewasa dalam mendidik anak-anak dan generasi muda.
4.
Ganjaran
Menurut dan Dollard adalah rangsang yang menetapakan apakah suatu
tingkah laku balas akan diulang atau tidak dalam kesempatan lain. Ada dua macam
ganjaran, yaitu ganjang primer (yang memenuhi dorongan-dorongan primer) dan
ganjaran sekunder (yang memenuhi dorongan-dorongan sekunder).
Selanjutya,
Miller dan Dollard menyatakan bahwa ada tiga mekanisme tiruan, yaitu:
a.
Tingkah laku sama
Tingkah laku sama terjadi apabila dua orang bertingkah laku balas
sama terhadap rangsangan atau isyarat yang sama. Misal, dua orang naik bis yang
sama karena mereka sejurusan. Tingkah laku sama ini tidak selalu merupakan
hasil tiruan. Sehingga tidak dibicarakan lebih lanjut oleh Miller dan Dollard.
b.
Tingkah laku tergantung
Tingkah laku
tergantung timbul dalam hubungan antara pihak dimana salah satu pihak lebih
pintar, lebih tua, atau lebih mampu dari pada pihak lain. Dalam hal ini, pihak
yang lain itu akan menyesuaikan tingkah lakunya dan akan tergantung kepada
pihak pertama. Misalnya, kakak-adik sedang bermain menuggu ayah pulang.
Biasanya ayah membawa permen. Terdengar suara langkah kaki ayah. Kakak langsung
lari kepintu. Adik ikuta-ikutan lari. Ternyata ayah membawa permen dan
diberikan kepada adiknya. Adiknya yang semula hanya meniru tingkah laku
kakaknya mendapat gajaran. Dilain waktu, kalau adik mendengar langkah kaki
ayahnya, ia langsung berlari kepintu walaupun kakak tidak ada.
Tingkah laku
tergantung dapat terjadi dalam situasi yang berbeda seperti berikut ini:
1)
Tujuannya sama, tetapi tingkah laku-balas berbeda. Dalam keadaan
ini kalau orang pertama mendapat ganjaran, sedangkan orang kedua tidak, maka
orang kedua akan meniru tingkah laku orang pertama.
2)
Si peniru mendapat ganjaran (berupa ganjaran sekunder) dengan
melihat tingkah laku orang lain. Misalnya, anak kecil merasa senang melihat
ibunya mengajak bermain ciluk-ba karena senang, maka ia menirukan perbuatan
ibunya dan ternyata lebih senang lagi dan tertawa atau memuji anak (ganjaran
yang lebih kuat lagi).
3)
Si peniru membiarkan orang yang ditiru untuk melakukan tingkah
laku-balas terlebih dahulu, kalau berhasil berulah ditiru.
4)
Dalam hal ganjaran terbatas (hanya untuk peniru atau yang ditiru),
maka akan terjadi persaingan antara model dan peniru. Peniru akan menirukan
tingkah laku model untuk mendapat ganjaran.
c.
Tingkah laku salinan
Seperti halnya
dengan tingkah laku tergantung, pada tingkah laku salinan, si peniru bertingkah
laku atas dasr isyarat (berupa tingkah laku juga) yang diberikan oleh model.
Demikian juga, dalam tingkah laku salinan ini pengaruh ganjaran dan hukuman
sangat besar terhadap kuat atau lemahnya tingkah laku tiruan.
Namun, berbeda
dengan tingkah laku tergantung si peniru hanua bertingkah laku terhadap isyarat
yang diberikan model pada saat itu, pada tingkah laku salinan si peniru
memperhatikan juga tingkah laku model dimasa lalu maupun apa yag akan
dilakukannya dimasa datang . perkiraan tenteang tingkah laku model dalam kurun
waktu yang relative panjang ini akan dijadikan patokan oleh sipeniru untuk
memperbaiki tingkah lakunya sendiri dimasa yang akan datang sehingga lebih
sesuai dengan tingkah laku model.
Dalam hubungan
ini, perenan kritik penting sekali untuk mempercepat proses penyalinan tingkah
laku. Miller dan Dollard berpendapat bahwa konfirmasi social yang terdapat
dalam setiap masyarakat disebabkan oleh tingkah laku tingkah laku ini yang
dasarnya adalah dorongan untuk menyalin. Dorongan ini mengandung rasa kecemasan
akan kehilangan pengakuan dari masyarakat dan ganjaran untuk mendapat pengakuan
atau pujian dari orang lain.
B.
Teori Proses Pengganti
Teori
yang dikemukakan oleh Bandura dan Walters ini menyatakan bahwa tingkah laku
tiruan merupakan suatu bentuk asosiasi suatu rangsang lainnya. Dalam proses ini
tidak ada coba dan ralat berupa tingkah laku nyata karena semuanya berlangsung
secara tersembunyi dalam diri individu.
Disini
yang penting adalah pengaruh tingkah laku model pada tingkah laku peniru yang
menurut Bundara dan Wilters ada tiga macam, yaitu:
1.
Efek modeling, dimana peniru melakukan tingkah laku-tingkah laku
baru (melalui asosiasi-asosiasi) sehingga sesuai dengan tingkah laku model.
2.
Efek menghambat dan menghapus hambatan, yaitu tingkah laku yang
tidak sesuai dengan tingkah laku model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah
laku- tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan
hambatan-hambatannya sehinggatimbul tingkah laku-tingkah laku yang dapat
menjadi nyata.
3.
Efek kemudahan, dimana tingkah laku-tingkah laku yang sudah pernah
dpelajari peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati dengan tingkah
laku model.
Akhirnya,
dikemukakan oleh Bandura dan Wilters bahwa teori proses pengganti ini dapat
pula menerangkan gejala timbulnya emosi pada peniru yang sama dengan emosi yang
ada pada model. Missal seseorang melihat film yang memperlihatkan suatu
operasi. Pasien yang dioperasi dalam film itu (model) digambarkan menangis
kesakitan. Maka, penonton pun bisa ikut menangis kesakitan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa
dalam makalah ini akan dibicarakan dua teori tentang belajar soaial dan tingkah
laku tiruan yaitu dari Miller & Dollar (1941) dan Bandura & Walters
(1963).
A.
Teori Belajar Social Dan Tiruan Dari Miller & Dollard
Pandangan dasar mereka adalah tingkah
laku manusia adalah dipelajari. Menurut Miller dan Dolard dalam Sarwono (
2008:24 ) ada empat prinsip dalam belajar yaitu : dorongan (drive), isyarat (cue), tingkah
laku-balas (response), dan ganjaran (reward).
Selanjutnya, Miller dan Dollard dalam
Sarwono ( 2008: 25 ) juga menyatakan bahwa ada tiga mekanisme tiruan, yaitu :
1.
Tingkah laku sama
(same behavior)
2.
Tingkah laku tergantung (matched dependent behavior)
3.
Tingkah laku salinan
B. Teori Proses
Pengganti
Teori yang dikemukakan Bandura dan
Walters dalam Sarwono (2008:27) ini menyatakan bahwa tingkah laku tiruan
merupakan suatu bentuk asosiasi suatu ransang dengan ransang lainnya.
Menurut Bandura dan Walters ada tiga
macam pengaruh tingkah laku model pada tingkah laku peniru yaitu :
1.
Efek modeling (modeling
effect)
2.
Efek penghambat (inhibition)
3.
Efek kemudahan (fascilitation
effects)
DAFTAR
PUSTAKA
Wirawan Sarwono
Sarlito, Teori-Teori Psikologi Sosial, 2011, Jakarta, PT RAJA GRAFINDO
PERSADA, Cet. 15. Hal 23-28
Komentar
Posting Komentar