Tanaman Tebu
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis,
sehingga berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia. Banyak
manfaat yang dapat kita ambil dari tanaman-tanaman tersebut. Salah satunya
adalah tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Tebu merupakan salah satu jenis
tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Luas
areal tanaman tebu di Indonesia mencapai 344 ribu hektar dengan kontribusi
utama adalah di Jawa Timur (43,29%), Jawa Tengah (10,07%), Jawa Barat (5,87%),
dan Lampung (25,71%).
Pada lima tahun terakhir, areal tebu Indonesia secara
keseluruhan mengalami stagnasi pada kisaran sekitar 340 ribu hektar. Seluruh
perkebunan tebu yang ada di Indonesia, 50% di antaranya adalah perkebunan
rakyat, 30% perkebunan swasta, dan hanya 20% perkebunan negara. Pada tahun 2004
produksi gula Indonesia mencapai 2.051.000 ton hablur (Andaka, 2011).
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana
meningkatkan produksi.?
2. Bagaimana pengendalian yang tepat dalam
meningkatkan tanaman tebu..?
3. Teknik budidaya tanaman tebu yang benar.?
C. Tujuan
1. Untuk
memenuhi tugas perkuliahan?
2. Untuk
mengetahui bagaimana
meningkatkan produksi.?
4. Untuk
menegetahui Teknik budidaya
tanaman tebu yang benar.?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Morfologi Dan
Botani Tanaman Tebu
Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan semusin yang mempunyai sifat
tersendiri sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu berkembang biak di
daerah beriklim udara sedang sampai panas. Tanaman tebu mempunyai batang yang
tinggi dan kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tebu yang tumbuh baik
tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Batang tebu beruas-ruas
dengan panjang ruas 10–30 cm.
1.
Morfologi
batang tebu
Morfologi batang tebu, batang tebu biasanya tumbuh tegak atau berdiri
lurus mencapai ketinggian antara 2,5 m – 4 m atau lebih, batang dari tanaman
tebu tersusun dari ruas-ruas dan diantara ruas-ruas tersebut dibatasi oleh
buku-buku ruas dimana terletak mata yang dapat tumbuh menjadi kuncup tanaman
baru. Disamping itu terdapat mata akar tempat keluarnya akar untuk kehidupan
kuncup tersebut, yang perlu diperhatikan untuk mempelajari tanda pengenal yang
terdapat pada batang yaitu harus benar-benar diperhatikan bentuk ruasnya,
disamping itu juga sifat-sifat yang terdapat pada ruas itu sendiri.
Morfologi mata tunas tebu,
dimana mata tunas sendiri adalah kuncup tebu yang terletak pada buku-buku ruas
batang. Kuncup-kuncup ini berada di ujung pangkal sebelah kanan dan sebelah
kiri secara bergantian. Mata tunas ini selalu terlindungi oleh pelepah daun
karena keberadaannya yang tepat dibawak ketiak daun. Hal yang perlu
diperhatikan dalam mempelajari tanda-tanda dari mata tunas yaitu dengan tepi
sayap mata, rambut jambul dan rambut tepi basal mata. Morfologi bunga tebu,
bunga tebu sendiri tersusun dalam malai dan bentuknya piramida dengan panjang
antara 50 cm-80 cm. cabang bunga tahap pertama merupakan karangan bunga,
sedangkan cabang bunga tahap kedua merupakan tandan buah.
2.
Botani
tanaman tebu
Menurut Suwarto dan Octavianty (2010), tanaman tebu dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum
B.
Syarat Tumbuh Tanaman Tebu
1.
Iklim
Tanaman tebu dapat tumbuh di
daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik) dengan daerah
penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o LS dan 39o LU. Unsur – unsur iklim
yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar matahari,
angin, suhu, dan kelembaban udara.
2.
Curah hujan
Tanaman tebu banyak
membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya, namun menghendaki keadaan
kering menjelang berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan
(pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air
pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan
adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan
curah hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan
kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan
tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan
dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman
tebu.
3.
Sinar
Matahari
Radiasi sinar matahari
sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan terutama untuk proses
fotosintesis yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan penyebarannya di
suatu daerah akan menentukan besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca
berawan pada siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada
siang hari, cuaca berawan menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam
hari menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena
meningkatnya proses pernafasan.
4.
Angin
Angin dengan kecepatan
kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan
suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap
berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai
hujan lebat, bisa menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.
5.
Suhu
Suhu sangat menentukan
kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama mempengaruhi
pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari yang hangat atau
panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbunan
sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara
24–30 oC, beda suhu musiman tidak lebih dari 6o, dan beda suhu siang dan malam
hari tidak lebih dari 100.
6.
Kelembaban
Udara
Kelembaban udara tidak
banyak berpengaruh pada pertumbuhan tebu asalkan kadar air cukup tersedia di
dalam tanah, optimumnya < 80%.
7.
Kesesuaian
Lahan
Tanah merupakan faktor fisik
yang terpenting bagi pertumbuhan tebu.Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai
jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang
dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik untuk tebu adalah
tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung, baik yang berpasir dan lempung
liat. Derajat keasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu
berkisar antara 5,5 – 7,0. Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi
tanaman tebu karena dengan keadaan lingkungan tersebut sistem perakaran tidak
dapat menyerap air maupun unsur hara dengan baik.
C.
Budidaya tanaman Tebu
Diagram alur Budidaya tanaman tebu
Pembukan Lahan
|
Pengolahan lahan
|
Pembibitan
|
Penanaman
|
Pemeliharaan dan pemupukan
|
Pengendalian hama dan penyakit
|
Panen
|
1.
Pembukaan Lahan
a.
Pada
lahan sawah dibuat petakan berukuran 1.000 m2. Parit membujur, melintang dibuat
dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat parit keliling yang
berjarak 1,3 m dari tepi lahan.
b.
Lubang
tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman 35 cm dengan jarak antar lubang
tanam (parit) sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang
tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke
tempat semula.
2.
Pengolahan lahan
Pengolahan lahan
dilakukan dengan membuat parit keliling.
Parit ini biasanya dibuat kira-kira 1,3 m dari tepi, karena kita harus
memperhitungkan tempat buat pembuangan tanah yang kita gali. Lebar yang ideal
untuk parit keliling sekitar 70 cm dengan kedalaman 70 cm juga, hal ini penting
untuk keluar masuknya air. Setelah selesai parit keliling, seterusnya kita buat
parit malang yang panjangnya 100 meter. Jarak antara parit malang yang satu
dengan yang lain 10 meter. Dengan demikian setiap kotak yang kita buat ini akan
memakan luas tanah 1000 meter persegi.
Kalau lebar dan dalam parit
malang itu 50 cm, maka lebar dan dalam parit mujur 70 cm. ketika membuat parit
malang dan mujur tanah hasil galian kita buang selang-seling di sisi kiri dan
kanan supaya tidak menghalangi saat membuat “jegongan” (galian tanah) untuk
menanam bibit.
Kemudian setelah parit
malang, parit mujur, dan parit keliling semuanya telah jadi, selanjutnya
membuat lubang-lubang untuk yang akan kita masuki bibit. Pembagian yang paling
ideal untuk membuat lubang dan parit malang yang panjangnya 100 meter adalah
sebagai berikut :
Parit mujur 1 x 70 cm = 70 cm
Jalan dan pembuangan galian
1 x 130 cm = 130 cm
Lubang tanam 100 x 40
cm = 4.000 cm
Galengan 100 x 58 cm =
5.800cm
Dan kedalaman lubang tanam
untuk tanaman adalah 35 cm. waktu pengolahan tanah yang tepat adalah saat musim
panas yaitu antara bulan April, Mei, dan awal Juni. Dengan demikian apabila ada
tanah bekas sawah yang akan ditanami tebu, sisa air bekat tanaman ppai bisa
dikeringkan dahulu. Apabila tanah yang akan kita Tanami tebu bekas padi, maka
tanah harus di cangkul dan dibalik agar zat asamnya mengurang, biarkan tanah
yang sudah kita balik selama satu bulan.
3.
Pembibitan
Bibit yang akan ditanam
berupa bibit pucuk,bibit batang muda,
bibit rayungan dan bibit siwilan
a.
Bibit
pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan.
Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering
yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit
lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena
tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air.
Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.
b.
Bibit
batang muda Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal
dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan
3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit,
tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang.1 hektar tanaman kebun
bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.
c.
Bibit
rayungan (1 atau 2 tunas) Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk
pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Kelemahan
bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak
dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal. Bibit ini dibuat dengan cara:
a)
Melepas
daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.
b)
Batang
tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.
c)
Tanaman
tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air dan
pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit
rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.
d.
Bibit
siwilan Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya
sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.
4.
Penanaman
Pertama-tama ratakan lahan
dan genburkan dengan di bajak, kemudian tanah dibuat guludan rendah dengan
jarak yang bisa disesuaikan luas lahan. Selanjutnya tanam bibit tebu sedalam +
5-10 cm dengan posisi miring. Sesuaikan dengan masa giling pabrik gula yang
basanya pada bulan Mei, Juni dan Juli sehingga saat panen nanti bisa sama dengan
masa giling pabrik. Pengolahan Media Tanam Terdapat dua jenis cara
mempersiapkan lahan perkebunan tebu yaitu cara reynoso dan bajak. Persiapan
Disebut juga dengan cara Cemplongan dan dilakukan di tanah sawah. Pada cara ini
tanah tidak seluruhnya diolah, yang digali hanya lubang tanamnya.
5.
Pemeliharaan Dan Pemupukan
Lakukan pengairan secara
teratusr setiap 1-2 minggu sekali dari awal tanam sampai umur 2 bulan.
Setelahnya pengairan diberikan jika diperlukan saja. Pada umur 5-7 hari setelah
tanam kontrol apakah ada yang mati atau tidak, jika ada yang mati segera
lakukan penyulaman maksimal sampai usia tanam 1,5 bulan dengan sulaman seragam
seperti tanaman yang bisa tumbuh baik. Perawatan selanjutnya adalah pembersihan
rumput liar jika sudah dirasa terlalu banyak dan peninggian guludan setelah
usia tanam 2 bulan.
Perhatikan juga drainase
lahan agar saat musim hujan tiba maka tidak terjadi genangan air yang membuat
busuk tanaman. Lakukan beset/perontokan daun kering sebanyak 3 kali dalam
sekali musim tanam, yakni saat sebelum gulud, tanaman berumur 7 bulan, dan 4
minggu sebelum tebu di panen. Apabila ada tanaman yang roboh, ikat tanaman tebu
yang roboh dengan tanaman lain satu rumpun agar tanaman tebu bisa tegak dan
tumbuh maksimal.
Pemupukan sebelum tanam bisa
diberikan TSP sebanyak 1 kwintal per hektarnya. Setelah umur tanaman menginjak
25 hari, berikan pupuk ZA 0,5-1 kwintal per hektar dengan cara ditaburkan di
dekat tanaman. Sedangkan untuk tanaman yang sudah berumur 1,5 bulan maka
diberikan ZA 0,5–1 kwintal per hektar dan KCl 1-2 kwintal per hektar ditaburkan
di dekat tanaman
6.
Pengendalin hama dan penyakit
Hama penyakit tebu dan
penanganannya adalah sebagai berikut:
a.
Hama Penggerek
Pucuk dan batang
Biasanya menyerang mulai
umur 3 – 5 bulan. Kendalikan dengan musuh alami Tricogramma sp dan lalat
Jatiroto, semprot PESTONA / Natural BVR.
b.
Hama
Tikus
Kendalikan dengan gropyokan,
musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu.
c.
Penyakit
Fusarium Pokkahbung
Penyebab jamur Gibbrella
moniliformis. Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan
pertumbuhan terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi
pembusukan dari daun ke batang. Penyemprotan dengan 2 sendok makan Natural GLIO
+ 2 sendok makan gula pasir dalam tangki semprot 14 atau 17 liter pada
daun-daun muda setiap minggu, pengembusan tepung kapur tembaga ( 1 : 4 : 5 )
d.
Penyakit
Dongkelan
Penyebab jamur Marasnius
sacchari, yang bias mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala, tanaman tua
sakit tiba-tiba, daun mengering dari luar kedalam. Pengendalian dengan cara
penjemuran dan pengeringan tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO sejak awal.
7.
Panen
Pemanenan tebu bisa
dilakukan seteah umur 10-12 bulan setelah tanam. Biasanya tebu yang berumur 10
bulan mengandung 10 % saccharose dan yang berumur 12 bulan sekitar 13 %
saccharose.
D.
Permasalahan Umum Tanaman Tebu
Kualitas tebu dipengaruhi
oleh iklim, Walaupun tanaman yang sama namun iklim yang berbeda, maka
kualitasnyapun berbeda. Secara umum persyaratan pertumbuhan tanaman tebu adalah
sebagai berikut :
curah hujan rata-rata 2000
mm/tahun, Untuk tanaman dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun,
sedangkan untuk dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun.
Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Ketinggian tempat
yang paling cocok adalah 0 – 900 mdpl.
Beberapa kondisi iklim yang
membuat kualitas tebu menurun adalah sebagai berikut:
1.
Tanaman
pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering atau pun iklim yang sangat
basah.
2.
Penyinaran
cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik
sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tebu sebaiknya
dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya.
3.
Curah
hujan yang terus menerus mengurangi kualitas tebu.
4.
Suhu
udara yang cocok untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 21-32,30 C.
5.
Khusus
kelembaban yang tinggi memudahkan pertumbuhan penyakit yang mengurangi kualitas.
1. Kekeringan
Tanaman tebu ( Saccharum
officinarum L. ) merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat gula putih
dan bioetanol. Di Indonesia, budidaya tebu telah berkembang di lahan kering dan
marginal baik di Jawa maupun luar Jawa. Hal ini disebabkan lahan tebu di areal
persawahan semakin menyusut. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
tanaman tebu pada lahan kering saat musim kemarau ialah kekeringan pada saat
fase kritis tanaman (fase pembentukan tunas dan pertumbuhan vegetatif).
Adanya periode-periode
kekurangan air dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman mengakibatkan
tanaman tebu menderita cekaman kekeringan sehingga produktivitas tanaman dari
musim ke musim sangat berfluktuatif, bahkan menurun tajam bila kemarau panjang
terjadi. Menurut Irrianto (2003), kehilangan hasil pada tanaman tebu akibat
cekaman kekeringan secara kuantitatif dapat mencapai 40% dari potensi
produksinya apabila terjadi pada fase kritis tanaman yaitu fase pertumbuhan
tunas dan pertumbuhan vegetatif tanaman (sampai dengan umur 165 hari setelah
tanam). Pada tahun 2005, ribuan hektar tanaman tebu milik petani di Jawa Barat
mati karena kekeringan menyusul terjadinya kemarau panjang. Akibat kemarau
panjang sedikitnya 30% tanaman tebu di wilayah Jawa Barat mati kekeringan
(Nunung, 2006).
Kekurangan air akan
mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan
terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan
perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan
mati (Haryati, 2008). Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh
tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman.
Respon tanaman yang
mengalami cekaman kekeringan mencakup perubahan ditingkat seluler dan molekuler
seperti perubahan pada pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil,
penurunan luas daun, daun menjadi tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan
ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju fotosintesis, perubahan
metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon,
serta perubahan ekspresi (Sinaga, 2008). Tumbuhan merespon kekurangan air
dengan mengurangi laju transpirasi untuk penghematan air. Terjadinya kekurangan
air pada daun akan menyebabkan sel-sel penjaga kehilangan turgornya. Suatu
mekanisme kontrol tunggal yang memperlambat transpirasi dengan cara menutup
stomata.
Kekurangan air juga
merangsang peningkatan sintesis dan pembebasan asam absisat dari sel-sel
mesofil daun. Hormon ini membantu mempertahankan stomata tetap tertutup dengan
cara bekerja pada membran sel penjaga. Daun juga berespon terhadap kekurangan
air dengan cara lain.
Karena pembesaran sel adalah
suatu proses yang tergantung pada turgor, maka kekurangan air akan menghambat
pertumbuhan daun muda. Respon ini meminimumkan kehilangan air melalui
transpirasi dengan cara memperlambat peningkatan luas permukaan daun. Ketika
daun dari kebanyakan rumput dan kebanyakan tumbuhan lain layu akibat kekurangan
air, mereka akan menggulung menjadi suatu bentuk yang dapat mengurangi
transpirasi dengan cara memaparkan sedikit saja permukaan daun ke matahari
(Campbell, 2003).
Kedalaman perakaran sangat
berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap. Pada umumnya tanaman dengan
pengairan yang baik mempunyai sistem perakaran yang lebih panjang daripada
tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah akan
menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar (Haryati,
2006). Hasil penelitian Nour dan Weibel tahun 1978 menunjukkan bahwa
kultivarkultivar sorghum yang lebih tahan terhadap kekeringan, mempunyai
perkaran yang lebih banyak, volume akar lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih
tinggi daripada lini-lini yang rentan kekeringan (Goldsworthy dan Fisher, dalam
Haryati, 2006).
Senyawa biokimia yang dihasilkan
tanaman sebagai respon terhadap kekeringan dan berperan dalam penyesuaian
osmotik bervariasi, antara lain gula-gula, asam amino, dan senyawa terlarut
yang kompatibel. Senyawa osmotik yang banyak dipelajari pada toleransi tanaman
terhadap kekeringan antara lain prolin, asam absisik, protein dehidrin, total
gula, pati, sorbitol, vitamin C, asam organik, aspargin, glisin-betain, serta
superoksida dismutase dan K+ yang bertujuan untuk menurunkan potensial osmotik
sel tanpa membatasi fungsi enzim (Sinaga, 2008).
2. Banjir
Curah hujan yang tinggi
sangat menentukan produksi tanaman tebu. Jika tanaman tebu mengalami kebanjiran
maka produksi tanaman tebu akan berkurang maka harus memperhatikan sistem
pengairanya atau irigasi bila tanaman tebu ditanam dilahan persawahan. jika sampai air itu menggenang area tanaman
tebu maka akan dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman tebu ( terjadi
pembusukan) yang dapat mengakibatkan turunnya kadar gula karena terlalu
banyaknya air.
3. Angin
Gangguan alamiah dan
seringkali menyerang tebu ialah angin. Angin nan bertiup dengan kencang akan
menyebabkan tanaman tebu tumbang. Jika ada angin kencang, terlebih dibarengi
dengan turunnya hujan, mau tak mau petani harus segera memeriksa kondisi
perkebunannya. Hal pertama nan dilakukan ialah mengecek tanaman tebu yang
tumbang, lalu memeriksa genangan airnya.
Jika dalam perkebunan kita
terdapat tanaman tebu nan tumbang, tindakan pertama sebaiknya harus segera
dilakukan ialah mengikat tanaman tebu nan tumbang tersebut ke beberapa tanaman
tebu lain nan masih berdiri kokoh, kemudian berusaha buat menegakkannya
kembali. Perlu diketahui, jika tanaman miring atau tumbang tadi dibiarkan, akan
menyebabkan tumbangnya tanaman tebu yang lain. Makin lama, tentunya tanaman
yang tumbang tadi akan bertumpang tindih dengan tanaman lainnya.
Hasil tanaman tebu yang
roboh atau miring ini tak akan sebaik tanaman yang berdiri tegak. Tanaman tebu
miring atau tumbang akan membuang terlalu banyak energi buat menunjang
kehidupannya, sedangkan energi yang dibuang percuma ini dapat saja digunakan
tanaman yang tegak buat menambah jumlah kadar gula
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil makalah ini dapat
disimpulkan bahwa dalam penananam dan produksi tanaman tebu harus memperhatikan
faktor iklim yang terjadi Jika sampai Kekeringan maka akan terjadi pembusukan
pada akar yang mengurangi kadar gula pada tanaman tebu. Adanya periode-periode
kekurangan air dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman tebu
mengakibatkan tanaman tebu menderita cekaman kekeringan sehingga produktivitas
tanaman dari musim ke musim sangat berfluktuatif, bahkan menurun tajam bila
kemarau panjang terjadi.
B.
Saran
Saran yang dapat saya
berikan dalam makalah ini yaitu dalam budidaya tanaman tebu harus memperhatikan
faktor iklim terutama faktor curah hujan dan suhu karena itu sangat menentukan
pertumbuhan dan produksi tanaman tebu. Jika tanaman tebu mengalami kekeringan
maka tanaman akan merespon kekurangan
air dengan mengurangi laju transpirasi untuk penghematan air. Terjadinya
kekurangan air pada daun akan menyebabkan sel-sel penjaga kehilangan turgornya.
Suatu mekanisme kontrol
tunggal yang memperlambat transpirasi dengan cara menutup stomata. Kekurangan
air juga merangsang peningkatan sintesis dan pembebasan asam absisat dari
sel-sel mesofil daun. Jadi sebelum melakukan penanaman maka harus memperhatikan
laju perkembangan iklim sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman tebu bisa
dikendalikan dan dapat menigkatkan produksi yang yang maksimal.
DAFTAR PUSAKA
http://ilham-roby.blogspot.com/2013/12/identifikasi-morfologi-tanaman-tebu.html
https://pertanianfery.wordpress.com/2012/04/06/teknik-budidaya-tebu/
http://cara.media/menanam-dan-budidaya-tebu/
http://hatitani.blogspot.com/2012/01/2012.html
https://jonipertaniaan2012.wordpress.com/2012/12/04/budidaya-tebu-di-lahan-kering/
http://www.binasyifa.com/129/02/26/pengaruh-cuaca-dan-iklim-terhadap-tanaman-tebu.htm
http://www.bestbudidayatanaman.com/2013/01/budidaya-tebu-dan-cara-menanam-tebu.html
Komentar
Posting Komentar